Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hukum Menjual Padi Borongan atau Tebasan - Indonesia Bersujud

Hukum Menjual Padi Borongan atau Tebasan - Sebagian masyarakat tani mungkin sudah tidak asing dengan sistem tebas saat hendak menjual ramutan padinya. Selain dianggap lebih simpel, juga bisa menghemat waktu dan biaya. Namun, dari praktek demikian ini ada beberapa kejanggalan bila dilihat dari segi hukum fikih.

Pertama, adanya kadar yang masih samar dan adanya padi yang harus dizakati. 

Oleh karena itu, bila dalam sistem tebas tersebut penjual tidak menyertakan kadar zakat atau sepuluh persen dari sawahnya maka diperbolehkan. Dan harga yang dipatok sudah diketahui melalui insting dari pada ahli atau dengan menimbang dengan patokan hasil tahun sebelumnya. 

(بغية المسترشدين - (ج 1 / ص 215)
فائدة : لا يصح بيع ما وجبت زكاته غير مال التجارة ، سواء باعه كله أو بعضه ، فحينئذ يبطل في قدرها فيرده المشتري ، ويسترد قدره من الثمن ويصح في الباقي ، نعم إن أفرزها ونواه أو قال : بعتكه إلا قدرها صح في الأولى في الجميع ، وفي الثانية فيما عدا قدرها لكن بكل الثمن اهـ بج وجمل.
Artinya : (Faedah) tidak sah menjual perkara yang wajib dizakati selain harta dagangan, baik dijual seluruh atau sebagiannya. Dengan demikian, batal menjual kadar zakat dan pembeli harus menolak dan memgembalikan meminta kembali uangnya, sedangkan selebihnya hukumnya sah. Akan tetapi bila memilahnya dan berniat atau berkata : aku menjual hasil sawah ini kecuali kadar zakat maka sah yang pertama (memisah dan berniat) pada semuanya sedangkan ucapannya hanya pada selain kadar zakat akan tetapi dengan semua harga.

Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa batal  menjual barang yang masih ada kaitannya dengan zakat baik seluruh atau sebagian sebelum dikeluarkan. Kebatalan ini pada kadar zakatnya kecuali harta dagangan. Karena zakat dagangan yang dikeluarkan adalah uang. Dan uang ini tidak lepas meskipun dengan dijual. 

(الإقناع للشربيني - (ج 1 / ص 232)
فلو باع ما تعلقت به الزكاة أو بعضه قبل إخراجها بطل في قدرها إلا إن باع مال تجارة بلا محاباة فلا يبطل لأن متعلق الزكاة القيمة وهي لا تفوت بالبيع
Artinya : Apabila seseorang menjual seluruh atau sebagian perkara yang masih berhubungan dengan zakat sebelum mengeluarkannya maka batal pada kadar zakat kecuali apabila menjual harta dagangan tanpa ada pengganti, maka tidak batal karena zakat satu ini berhubungan dengan uang dan tidak bisa lepas meski dijual.

Sedangkan dalam Hasyiyata Qulyubi wa 'Amirah menyebutkan tiga pendapat :
1. Menurut qaul adzhar batal dalam kadar zakat dan sah pada selebihnya
2. Batal pada semua harta
3. Sah pada semua harta

(حاشيتا قليوبي - وعميرة - (ج 5 / ص 240)
( فَلَوْ بَاعَهُ ) أَيْ الْمَالَ بَعْدَ وُجُوبِ الزَّكَاةِ ( قَبْلَ إخْرَاجِهَا فَالْأَظْهَرُ بُطْلَانُهُ ) أَيْ الْبَيْعِ ( فِي قَدْرِهَا وَصِحَّتُهُ فِي الْبَاقِي ) وَالثَّانِي بُطْلَانُهُ
فِي الْجَمِيعِ ، وَالثَّالِثُ صِحَّتُهُ فِي الْجَمِيعِ وَالْأَوَّلَانِ قَوْلَا تَفْرِيقِ الصَّفْقَةِ وَيَأْتِيَانِ عَلَى تَعَلُّقِ الشَّرِكَةِ ، وَتَعَلُّقِ الرَّهْنِ أَوْ الْأَرْشِ بِقَدْرِ الزَّكَاةِ . وَيَأْتِي الثَّالِثُ عَلَى ذَلِكَ أَيْضًا .وَفِي قَوْلٍ : يَصِحُّ الْبَيْعُ فِي قَدْرِ الزَّكَاةِ عَلَى تَعَلُّقِ الشَّرِكَةِ لِأَنَّ مِلْكَ الْمُسْتَحِقِّينَ غَيْرُ مُسْتَقِرٍّ فِيهِ إذْ لِلْمَالِكِ إخْرَاجُ الزَّكَاةِ مِنْ غَيْرِ مَالِهَا ، وَعَلَى تَعَلُّقِ الرَّهْنِ لِأَنَّهُ ثَبَتَ مِنْ غَيْرِ اخْتِيَارِ الْمَالِكِ وَلِغَيْرِ مُعَيَّنٍ فَيُسَامَحُ فِيهِ بِمَا لَا يُسَامَحُ بِهِ فِي سَائِرِ الرُّهُونِ ، وَعَلَى تَعَلُّقِ الْأَرْشِ يَكُونُ بِالْبَيْعِ مُخْتَارًا لِلْإِخْرَاجِ مِنْ مَالٍ آخَرَ .وَإِذَا صَحَّ فِي قَدْرِهَا فَمَا سِوَاهُ أَوْلَى ، وَعَلَى تَعَلُّقِ الذِّمَّةِ يَصِحُّ بَيْعُ الْجَمِيعِ قَطْعًا .
Artinya : Apabila menjual harta setelah wajib zakat sebelum dikeluarkan zakatnya maka menurut qaul adzhar batal menjual kadar zakat dan sah selebihnya. Pendapat kedua batal semuanya, dan pendapat ketiga sah pada semuanya. Pendapat pertama dan kedua berdasarkan pendapat yang membolehkan tafriqah al-shafqah.
Bila demikian maka dua pendapat ini dita'alluqkan pada syirkah (perserikatan), dan ta'alluq rahn (gadai) atau arsy (menambal) dengan kadar zakat. Pendapat ketiga juga demikian.
Dalam salah satu pendapat : sah menjual kadar zakat dengan ditaalluqkan pada syirkah karena kepemilikan mustahiq zakat belum tetap, karena pemilik boleh mengeluarkan zakat dari selain harta zakat tersebut. Dan dita'alluqkan pada gadai karena ketetapannya dari selain ikhtiar malik dan tanpa ditentukan, maka dalam masalah ini dimurahkan dengan hal yang tidak dimurahkan pada akad gadai lainnya dan dita'alluqkan pada Arsy dengan jual beli yang bisa memilih untuk mengeluarkan dari harta lain. Ketika sah dalam kira-kira zakat maka seluruh harta sah. Dan juga bisa bertaalluq pada dzimah maka sah menjual secara mutlak.

Kesimpulan dari hukum menjual padi dengan tebasan adalah sebagai berikut :
1. Bila sebelum tampak matang maka tidak sah kecuali dijual beserta pohonnya
2. Bila dijual setelah memilah kadar zakat maka sah
3. Bila dijual sebelum mengeluarkan zakat maka terdapat tiga pendapat :
a. Tidak sah pada kadar zakat dan sah pada selebihnya
b. Tidak sah secara seluruhnya
c. Sah seluruh dengan perincian sebagaimana di atas

Post a Comment for "Hukum Menjual Padi Borongan atau Tebasan - Indonesia Bersujud"