Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Inilah Keadaan Manusia Saat di Alam Kubur - Risalah Ahlissunnah wal Jamaah (11)

Mengenai mendengar dan berbicaranya orang yang sudah meninggal maka telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya, dari Anas bin Malik ra., Nabi Saw. bersabda : “Ketika seorang hamba diletakkan dikuburnya, dan para sahabatnya kembali, pergi meninggalkannya, dan dia mendengar gesekan sandal mereka, maka dua malaikat datang kepadanya. Malaikat tersebut berkata, "Apa pendapatmu mengenai laki-laki yang bernama Muhammad?" Dia menjawab, "Aku bersaksi bahwa beliau adalah hamba Allah dan rasul-Nya." Maka dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu dari neraka, yang telah Allah gantikan tempat dari surga." Nabi Saw. bersabda, "Lalu dia bisa melihat kedua tempat tersebut."

Sedangkan orang kafir atau munafik, maka mereka menjawab,"Aku tidak tahu tentang Muhammad. Aku hanya berpendapat sebagaimana orang-orang.” Maka dikatakan kepadanya, "Kamu tidak tahu dan tidak mau ikut orang yang tahu."  Kemudian di pukullah kepalanya dengan palu yang terbuat dari besi. Dia menjerit keras sehingga semua makhluk mendengarnya kecuali manusia dan jin.

Imam Bukhari meriwayatkan hadis dari Abu Sa'id al-Khudri ra. bahwa, Rasulullah Saw. bersabda :
إِذَا وُضِعَتِ الْجَنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُوْنِيْ وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ تَذْهَبُوْنَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلاَّ الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ
Artinya : Ketika jenazah seseorang dibawa orang-orang ke kuburan, apabila dia shalih maka dia berkata, "Cepatlah bawah jenazahku." Dan apabila dia tidak shalih maka dia berkata, "Celaka! Kemana kalian akan membawa jenazahku?" Semuanya mendengar suaranya kecuali manusia. Seandainya mereka mendengarnya maka akan pingsan.

Imam Bukhari juga meriwayatkan dari Laits bin Sa'd, ia menuturkan cerita yang sama. Beliau Saw. berkata, "Jenazah berkata kepada keluarganya, "Celaka diriku." Nabi bersabda : "Seandainya manusia mendengarnya(jenazah) niscaya mereka akan pingsan."

Imam Thabrani meriwayatkan dalam kitab Al-Ausath, dari Abu Sa'id al-Khudri ra. bahwa Nabi Saw. bersabda : "Sesungguhnya mayit mengetahui orang yang memandikannya, orang yang membopongnya, orang yang mengkafaninya dan orang yang meletakkan di luangan kuburannya."
Sa'id bin Jubair ra. berkata, "Sesungguhnya kepada mayit disodorkan kabar orang-orang yang masih hidup. Orang yang memiliki kerabat akan didatangkan kepadanya kondisi kerabatnya. Apabila baik maka mereka akan senang dan bahagia. Apabila jelek maka mereka akan merengut dan susah.”

Ibnu Munabbih, rahimahullah, berkata, "Sesungguhnya Allah membangun sebuah rumah di langit ke tujuh,  yang disebut Baidha'. Di sana berkumpul arwah orang-orang mukmin. Ketika penduduk dunia meninggal maka mereka akan menyambutnya. Dengan semangat mereka menanyakan kabar dunia seperti orang yang merantau bertanya kepada keluarganya saat dia pulang ke rumah. HR. Abu nuaim dalam kitab Hilyatul Auliya.

Adapun mengenai bisa merasakan, hidup dan kembalinya ruh ke jasad maka telah terwarid dari Bara' bin 'Azib sebuah hadis yang panjang yang lengkap membahas hukum-hukum orang yang meninggal. Di dalamnya terdapat keterangan yang jelas mengenai kembalinya ruh ke jasad. Bara' berkata, "Kami keluar bersama Rasulullah Saw. menuju jenazah laki-laki dari sahabat Anshar. Kami sampai pada kuburannya.
Ketika jenazah sudah dimasukan liang lahad, Rasulullah Saw. duduk. Kami pun ikut duduk. Tenang, seakan di atas kami ada burung yang hinggap. Lalu Nabi mengangkat kepala beliau, memandang ke langit. Beliau menurunkan pandangannya, melihat ke tanah. Kemudian berulang kali beliau berkata : “Aku berlindung dari siksa kubur." Kemudian beliau bersabda : "Sesungguhnya seorang hamba mukmin ketika berada di tempat(kubur) sebelum ke akhirat dan terputus dari dunia, maka datang malaikat kepadanya. Malaikat itu duduk diatasnya. Dia berkata, "Wahai jiwa yang tenang, keluarlah kalian menuju ampunan dan ridha Allah." Maka jiwa tersebut keluar, mengalir seperti mengalirnya air hujan yang deras.

Malaikat dengan wajah putih bak sinar matahari keluar dari surga. Dia membawa beberapa kain kafan dan bahan pengawet dari surga. Para malaikat duduk berjejer-jejer panjang, sepanjang penglihatan mata. Ketika malaikat mencabut nyawa orang tersebut maka dia tidak akan membiarkan di genggamannya meskipun hanya sekejap. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.
تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ
Artinya : ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.(QS. Al-An’am : 61)

Nabi Saw. bersabda : “Lalu jiwa itu keluar dengan bau paling wangi yang pernah ada. Malaikat membawanya naik. Maka dia tidak akan datang atau berhenti pada sebuah gerombolan.

Dalam satu riwayat, "Mereka tidak melewati arwah umat-umat terdahulu, yang sangat banyak seperti belalang yang tersebar di antara langit dan bumi kecuali berkata, "Ruh siapakah ini?" Maka ada yang menjawab, "Ini ruh fulan (disebut dengan menggunakan nama terbaiknya)" Sampai akhirnya malaikat sampai ke pintu langit dunia. Maka dibukakan pintu untuk mereka. Mereka digiring oleh malaikat muqarrabin yang ada di setiap langit sampai langit ke tujuh. Allah Swt. berfirman, "Tulislah tulisan amalnya di 'illiyin.  Dan tahukah engkau apakah 'Illiyyin itu?(yaitu) kitab yang berisi catatan (amal), yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah)." Maka malaikat menulis dalam kitabnya di 'iliyyin.
Kemudian dikatakan kepada malaikat, "Kembalikan dia ke bumi. Sesungguhnya aku telah berjanji kepada makhluk bahwa aku menciptakan mereka dari bumi, mengembalikan ke dalamnya, dan darinya aku mengeluarkannya lagi." Maka dia di kembalikan ke bumi dan ruhnya dikembalikan ke jasad. Setelah itu duua malaikat datang membentak keras, dan mendudukkannya. Mereka berkata, "Siapa Tuhanmu?Apa agamamu?" Maka dia menjawab, "Tuhanku adalah Allah, agamaku adalah Islam." Mereka berkata, "Apa pendapatmu mengenai laki-laki yang diutus kepada kalian?" Dia menjawab, "Dia Rasulullah. " Mereka berkata, "Apa yang kamu ketahui tentangnya?" Dia menjawab, "Dia datang dengan membawa bukti-bukti dari Tuhan kami, aku beriman dan membenarkannya." Nabi bersabda : Demikian ini kandungan makna firman Allah Swt. :
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ 
Artinya : Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat ... (Q.S. Ibrahim : 27)
Beliau bersabda : "Lalu terdengar seruan dari langit, "Hambaku telah benar." Maka malaikat memberi pakaian dan menggelar permadani dari surga. Dia bisa melihat tempatnya di surga, luas sepanjang dia melihat. Lalu amalnya menjelma menjadi pria yang tampan, berbau wangi dan berpakaian indah. Jelmaan amal tersebut berkata, "Berbahagialah dengan apa yang telah dijanjikan Allah Swt. Berbahagialah dengan ridha Allah dan surga yang terdapat kenikmatan yang kekal." Lalu orang itu berkata, "Mudah-mudahan Allah memberimu khabar gembira dengan kebaikan, siapakah dirimu? Wajahmu adalah wajah yang membawakan kami kebaikan." Amal menjawab, "Ini adalah harimu yang telah dijanjikan dan urusanmu yang telah dijanjikan. Saya adalah amal baikmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui kecuali kamu bergegas melakukan taat kepada Allah dan malas bermaksiat kepada-Nya. Maka Allah membalasmu dengan kebaikan." Dia berkata, "Wahai Tuhanku, dirikanlah hari kiamat, agar aku bisa kembali pada keluarga dan hartaku."
Nabi Saw. bersabda : “Apabila yang meninggal orang buruk, maka ketika di ruang(kubur) sebelum akhirat dan terputus dari dunia, maka datang malaikat. Dia duduk di atasnya dan berkata, "Keluarlah hai jiwa yang buruk. Berbahagialah dirimu dengan amarah dan murka Allah." Lalu turun malaikat berwajah hitam, dia membawa alat penghancur. Ketika malaikat itu mencabut jiwa tersebut dia berdiri. Dia tidak membiarkan jiwa tersebut di genggamannya meskipun hanya sekejap.

Jiwa orang yang buruk iu dipisahkan dari jasadnya, dipaksa keluar sampai otot dan urat syarafnya terputus-putus seperti besi tusuk bercabang yang dicabut dalam kumpulan bulu yang basah. Jiwa tersebut diambil malaikat lalu dikeluarkan dalam kondisi bau paling busuk yang pernah ada. Maka mereka tidak melewati suatu kumpulan yang ada di antara langit dan bumi kecuali mereka berkata, "Siapakah ruh jelek ini?" Maka malaikat menjawab, "Ini adalah ruh fulan(disebut dengan nama paling jelek)."
Mereka sampai di langit dunia. Akan tetapi langit tersebut tidak dibuka. Allah Swt. berfirman, "Kembalikan dia ke bumi. Sesungguhnya aku telah berjanji menciptakannya dari bumi, mengembalikan di dalamnya dan mengeluarkannya lagi darinya." Nabi Saw. bersabda : "Maka dia dibuang dari langit." Lalu beliau membaca ayat :
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ
Artinya :  Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit (QS. Al-Hajj : 31)

Dia dikembalikan ke bumi dan ruhnya dikembalikan ke jasadnya.
Dua Malaikat yang gemar sekali membentak mendatanginya. Mereka membentaknya dan menyuruhnya duduk. Mereka berkata, "Siapa Tuhanmu? Apa agamamu?" Orang itu berkata, "Aku tidak tahu. Aku hanya mendengar orang-orang berkata seperti itu." Malaikat berkata, "Kamu benar-benar tidak tahu."
 Karena itu, kuburannya menjadi sempit, menghimpitnya sampai tulang rusuknya terpencar-pencar. Ada yang berkata, "Berbahagialah dengan siksaan dan murka Allah." Dia berkata, "Siapa kamu? Wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan." Dia berkata, "Aku adalah amal burukmu. Demi Allah, aku tidak mengetahuimu kecuali kamu malas untuk taat kepada Allah dan bergegas mengerjakan maksiat.”Lalu datang malaikat yang tuli dan bisu dengan membawa palu, yang seandainya dipukulkan ke gunung maka akan hancur menjadi debu. Malaikat itu memukul jasad orang buruk itu satu kali. Semua makhluk mendengarnya kecuali jin dan manusia. Kemudian ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Malaikat memukulnya lagi. Hadis ini diceritakan oleh golongan ulama dalam Musnad mereka, di antaranya adalah Imam Ahmad.

Imam Haramain dan Abu Bakar bin Arabi dan Saifuddin al-Amadi berkata, "Para imam salaf sebelum tampaknya perselisihan dan kebanyakan imam setelah munculnya perselisihan sepakat akan kebenaran dihidupkannya orang yang meninggal di dalam kuburan mereka dan pertanyaan malaikat dan kubur bagi pelaku dosa dan orang kafir. Mereka juga membernarkan firman Allah Swt.
وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ
Artinya : dan telah menghidupkan kami dua kali (pula) (QS. Ghafir : 11)
Yakni kehidupan saat ditanya malaikat di alam kubur dan kehidupan saat dikumpulkan di Mahsyar. Keduanya adalah kehidupan yang manusia bisa mengetahui Allah. Sedangkan kehidupan pertama saat di dunia mereka tidak bisa mengetahui-Nya.

Ketahuilah, hal yang terkandung dalam hadis ini, yakni adanya malaikat maut, mungkar, nakir dan malaikat lain, dan tempat di akhirat adalah termasuk perkara yang bersifat musytabihat(samar), tidak ada cara untuk melakukan analisis rasional. Manusia mendapat ujian agar benar-benar mempercayainya.

Ahlussunah wal Jamaah sepakat bahwa orang yang meninggal mendapat manfaat dari amaliyah orang yang masih hidup dengan dua perkara ; pertama, dengan perkara yang dipelopori mayit saat dia masih hidup. Kedua, dengan doa, istighfar, sedekah dan haji untuknya. Ulama berbeda pendapat mengenai ibadah badaniyah seperti puasa, shalat, membaca Alquran dan dzikir. Mayoritas ulama salaf berpendapat sampainya pahala ibadah-ibadah tersebut. Sedangkan para pelaku bidah berpendapat sama sekali tidak ada yang sampai, tidak doa dan tidak yang lainnya. Jelas pendapat ahli bidah ini bisa ditolak dengan Alquran dan sunah. Ahli bidah mengambil dalil dari firman Allah Swt.
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
Artinya : Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (QS. Al-Najm : 39)

Ayat di atas bisa dibantah bahwa, Allah Swt. tidak menafikan seorang bisa mendapat manfaat perbuatan orang lain. Allah hanya menafikan kepemilikan amal seseorang jika tidak diperbuatnya. Adapun perbuatan yang dilakukan orang adalah milik pelakunya. Hanya saja pelakunya bisa memberikannya kepada orang lain dan bisa menetapkan untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, Allah Swt. tidak berfirman :
لاَيَنْتَفِعُ اِلاَّ مَا سَعَی
Artinya : Seseorang tidak bisa mengambil manfaat kecuali apa yang diperbuatnya.
Ini adalah akhir dari kitab ini. Allah-lah Dzat yang mengetahui kebenaran. Hanya kepadanyalah tempat kembali. Dia yang memberi kecukupan dan sebaik-baik Dzat yang diwakili. Tiada daya dan upaya kecuali dengan Taufiq Allah yang maha luhur dan agung.
وصلی الله علی سيدنا محمد وعلی اله واصحابه والتابعين وتابع التابعين لهم باحسان الی يوم الدين والحمد لله رب العلمين

Post a Comment for "Inilah Keadaan Manusia Saat di Alam Kubur - Risalah Ahlissunnah wal Jamaah (11)"