Khutbah Indonesia - Sya'ban Bulan yang Terlupakan
ุงูุฎุทุจุฉ ุงูุงููู
ุงَْูุญَู ْุฏُ ِููู ู ُุฏَุจِّุฑِ ุงََّูููุงِูู َูุงْูุฃََّูุงู ِ، َูู ُุตَุฑِِّู ุงูุดُُّْููุฑِ ْูุงْูุฃَุนَْูุงู ِ، ุงْูู ُุชََูุฑِّุฏِ ุจِุงَْููู َุงِู َูุงูุชَّู َุงู ِ. ุฃَุดَْูุฏُ ุฃَْู َูุง ุฅَِٰูู ุฅَِّูุง ุงُููู َูุญْุฏَُู َูุง ุดَุฑَِْูู َُูู، َูุฃَุดَْูุฏُ ุฃََّู ู ُุญَู َّุฏًุง ุนَุจْุฏُُู َูุฑَุณُُُْููู َูุตَُُِّููู َูุฎَُُِْูููู. َูุดَْูุฏُ ุงََُّูู ุจََูุบَ ุงูุฑِّุณَุงَูุฉِ، َูุฃَุฏَّู ุงْูุฃَู َุงَูุฉِ، ََููุตَุญَ ุงْูุฃُู َّุฉِ، ََููุดََู ุนَََْูููุง ู َِู ุงูุฏِِّْูู ุงْูุบُู َّุฉَ، ุงَُّูููู َّ ุตَِّู ุนََูู َูุจَِِّููุง ู ُุญَู َّุฏٍ ุตَุงุญِุจِ ุงูุดََّูุงุนَุฉِ، َูุนََูู ุขِِูู َูุตَุญْุจِِู َูุณَِّูู ْ ุชَุณِْْููู ًุง َูุซِْูุฑَุง ุฅَِูู َْููู ِ ุงَِْูููุงู َุฉ.
ุงَู َّุง ุจَุนْุฏُ : ََููุง ุนِุจَุงุฏَ ุงِููู ุงُْูุตُِْููู ْ َู َْููุณِْู ุจِุชََْููู ุงِููู ََููุฏْ َูุงุฒَ ุงْูู ُุชََُّْููู. َูุงَู ุชَุนَุงَูู ِูู ِูุชَุงุจِِู ุงَْููุฑِْูู ِ : َูุงุชَُّْููุง َْููู ุงً ูุงَّ ุชَุฌْุฒِู َْููุณٌ ุนَู َّْููุณٍ ุดَْูุฆุงً َููุงَ ُْููุจَُู ู َِْููุง ุนَุฏٌْู َููุงَ ุชََููุนَُูุง ุดََูุงุนَุฉٌ َููุงَ ُูู ْ ُููุตَุฑَُูู
Jamaah sidang jumat yang dimuliakan Allah
Pada kesempatan kali ini kami berwasiat kepada diri pribadi dan kepada jamaah sekalian agar senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Yakni selalu mengutamakan perintah-Nya mengalahkan urusan-urusan pribadi yang bersifat duniawiyah, mengalahkan pekerjaan, bisnis, dan segala kepentingan-kepentingan lainnya. Dan berusaha menjauhi semua larangan-Nya, karena sebagian ulama mengatakan bahwa inti dari taqwa adalah menjauhi semua larangan Allah swt. Dengan menjauhi larangan maka kita akan diberi taufiq atau kemudahan untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Dalam kondisi apapun, taqwa menjadi kunci utama menghadapi dunia dengan segala tipu dayanya. Allah Swt berfirman:
َูู َู َูุชَِّู ุงََّููู َูุฌْุนَู َُّูู ู ِْู ุฃَู ْุฑِِู ُูุณْุฑุงً
Artinya: Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia(Allah) menjadikan untuknya kemudahan dalam urusannya. (QS. At-Thalaq: 4)
Yakni sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Atho’: Orang yang bertaqwa akan diberikan kemudahan urusan dunia dan akhirat.
Jamaah sidang jumat yang dimuliakan Allah
Ramadan bulan mulia yang ditunggu seluruh umat islam kian dekat menyapa. Sebelumnya, kami berpesan kepada jamaah dan segenap masyarakat yang mendengar khutbah ini, yang masih mempunyai tanggungan puasa tahun lalu agar segera menqadha’ atau melunasinya, baik karena udzur atau tanpa udzur. Selama belum memasuki Ramadan besok, kita masih diperbolehkan menqadha’ puasa tahun lalu. Menqadha’ puasa ibarat melunasi hutang yang wajib dibayar oleh orang yang berhutang. Diceritakan dari Aisyah ra, beliau berkata:
َูุงَู َُُูููู ุนَََّูู ุงูุตَّْูู ُ ู ِْู ุฑَู َุถَุงَู َูู َุง ุฃَุณْุชَุทِูุนُ ุฃَْู ุฃَْูุถَُِูู ุฅِูุงَّ ِูู ุดَุนْุจَุงَู
Artinya: Saya mempunyai tanggungan puasa Ramadan tahun lalu, lalu saya tidak bisa menqadha’nya kecuali pada waktu Sya’ban
Jamaah sidang jumat yang dimuliakan Allah
Hadis di atas menunjukkan kewajiban qadha’ tidak harus dilakukan langsung setelah hari raya Idul Fitri, melainkan bisa dilakukan secara tarakhi atau ditunda baik karena adanya udzur atau tanpa udzur, akan tetapi jangan kita menunda-nunda sampai masuk pada Ramadan berikutnya. Bersegera melunasi hutang puasa lebih utama mengingat kita tidak pernah tahu kapan hidup ini tiada. Bersegeralah melunasi puasa agar tanggungan bisa gugur dan kita bisa menghimpun pahala-pahala ibadah lainnya.
Dan apabila kita sampai menunda qadha’ puasa sampai pada Ramadan berikutnya. Bila menundanya disebabkan udzur seperti sakit yang tak kunjung sembuh atau orang tua rentah yang sudah tidak mampu puasa, maka kita wajib qadha saja tanpa adanya dosa dan tanpa harus membayar fidyah. Namun bila tanpa udzur maka kita mendapatkan dosa, dan tetap diharuskan menqadha’ serta ditambah membayar fidyah.
Jamaah sidang jumat yang berbahagia
Dalam khutbah kali ini kami berpesan agar senantiasa berusaha menjaga istiqamah dalam beribadah dan berbuat kebajikan. Baik di bulan-bulan mulia seperti Dzulhijjah, Dzulqo’dah, Muharram, Rajab dan Ramadan atau pada bulan-bulan biasa lainnya. Pada bulan-bulan tersebut pahala ibadah kita dilipatgandakan. Pastinya membuat kita umat islam semangat ibadah untuk menghimpun pahala sebanyak-banyaknya. Hal demikian baik, namun alangkah baiknya bila kita konsisten dalam semangat ibadah, kapan pun dan di mana pun. Terlebih pada bulan Sya’ban karena pada bulan ini banyak umat islam yang lalai, atau bahkan ada yang sengaja tidak berusaha beramal atau beribadah dengan mengandalkan bulan Ramadan yang dianggap bulan penuh pahala. Sementara Amal ibadah bukan selalu soal banyaknya pahala yang akan kita dapatkan melainkan juga tentang ridha Allah dan keistiqmahan kita dalam menjalankan taqwa kepada-Nya. Dalam sebagaian riwayat disebutkan, bahwa sebaik-baik amal adalah yang istiqamah meskipun amal tersebut sedikit. Karena amal yang banyak yang hanya dilakukan satu kali rentan disusupi oleh hawa nafsu atau kepetingan pribadi semata.
ุฅَِّู ุงَّูุฐَِูู َูุงُููุง ุฑَุจَُّูุง ุงَُّููู ุซُู َّ ุงุณْุชََูุงู ُูุง ุชَุชََูุฒَُّู ุนََِْูููู ُ ุงْูู َูุงุฆَِูุฉُ ุฃََّูุง ุชَุฎَุงُููุง َููุง ุชَุญْุฒَُููุง َูุฃَุจْุดِุฑُูุง ุจِุงْูุฌََّูุฉِ ุงَّูุชِู ُْููุชُู ْ ุชُูุนَุฏَُูู
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka konsisten dengan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat turun kepada mereka(sembari berkata), “Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian bersedih dan bergembiralah kamu dengan surga yang dijanjikan untuk kalian.” (QS. Fusshilat: 30)
Jamaah sidang jumat yang dimuliakan Allah
Bulan Sya’ban menjadi bulan yang sering dilupakan oleh umat islam karena dihimpit oleh dua bulan mulia, yakni Rajab dan Ramadan. Terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan An-Nasai dan Abu Dawud yang dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Usamah bin Zaid berkata: “Wahai Rasulullah, Aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan lainnya sebagaimana engkau berpuasa pada bulan sya’ban?” Beliau menjawab:
ุฐَุงَِูู ุดَْูุฑٌ َูุบُُْูู ุงَّููุงุณُ ุนَُْูู ุจََْูู ุฑَุฌَุจَ َูุฑَู َุถَุงَู، ََُููู ุดَْูุฑٌ ุชُุฑَْูุนُ ِِْููู ุงْูุฃَุนْู َุงُู ุฅَِูู ุฑَุจِّ ุงْูุนَุงَูู َِْูู، َูุฃُุญِุจُّ ุฃَْู ُูุฑَْูุนَ ุนَู َِْูู َูุฃََูุง ุตَุงุฆِู ٌ
“Hal tersebut karena bulan (Sya’ban) ini berada di antara Rajab dan Ramadan yang kebanyakan orang melupakannya. Bulan Sya’ban adalah bulan yang di dalamnya dilaporkan amal-amal manusia kepada Allah Tuhan semesta alam, maka aku ingin amalku dilaporkan dalam kondisi berpuasa.
Sayidah Aisyah ra berkata:
َูู ْ َُْููู ุฑَุณُُูู ุงَِّููู - ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู - ِูู ุงูุดَّْูุฑِ ู َِู ุงูุณََّูุฉِ ุฃَْูุซَุฑَ ุตَِูุงู ุงً ู ُِْูู ِูู ุดَุนْุจَุงَู
Artinya: Rasulullah saw dalam sebulan dari setahun tidak lebih banyak berpuasa seperti saat di bulan Sya’ban.
Dalam hadis tersebut, Rasulullah memberitahukan kita akan kesunahan berpuasa pada bulan Sya’ban. Di samping itu pada bulan ini terdapat peristiwa besar yang disebut dengan Nisfu Sya’ban, yang pada saat itu amal umat islam selama setahun dihaturkan kepada Allah swt.
Sehingga Rasulullah saw melanjutkan sabdanya:
ุฎُุฐُูุง ู َِู ุงูุฃَุนْู َุงِู ู َุง ุชُุทَُِูููู َูุฅَِّู ุงََّููู َْูู َูู ََّู ุญَุชَّู ุชَู َُّููุง
Artinya: Lakukanlah amal-amal kebaikan semampu kalian karena Allah tidak akan bosan sampai kalian yang merasa bosan
Jamaah sidang jumat yang dimuliakan Allah
Ibnu Rajab berkata: Hadits di atas menjadi dalil akan disunahkannya meramaikan waktu-waktu yang dilupakan manusia dengan melakukan taat. Hal ini yang disukai oleh Allah azza wa jalla karena saat meramaikan waktu tersebut terdapat beberapa faedah:
ุฃََُّูู َُُْูููู ุฃَุฎَْูู، َูุฅِุฎَْูุงุกُ ุงََّูููุงِِูู َูุฅِุณْุฑَุงุฑَُูุง ุฃَْูุถَُู (karena lebih samar, sedangkan menyamarkan dan menyembunyikan ibadah-ibadah lebih utama)
Amalan sunah merupakan amalan yang lebih baik disembunyikan. Sehingga amal tersebut yang hanya diketahui oleh orang yang beramal dan Alllah semata. Berbeda dengan ibadah wajib seperti salat fardu atau puasa Ramadan maka lebih baik ditampakkan untuk menampakkan syiar agama Allah. Dalam hal ini, Puasa atau ibadah pada bulan sya’ban seperti halnya orang yang melakukan shalat sunah pada malam hari di saat orang-orang terlelap tidur sehingga mendapatkan perhatian khusus dari Allah swt. Secara global ibadah sunah lebih utama disembunyikan kecuali dalam kondisi dan bagi orang-orang tertentu.
ุฃََُّูู ุฃَุดَُّู ุนََูู ุงُُّْููููุณِ، َูุฃَْูุถَُู ุงْูุฃَุนْู َุงِู ุฃَุดََُّููุง ุนََูู ุงُُّْููููุณِ (karena lebih berat bagi nafsu, dan lebih utama-utamanya amal adalah yang lebih berat bagi nafsu)
Seberapa besar pahala sebuah ibadah di antara tergantung seberapa besar dalam mujahadah atau melawan nafsu. Puasa sya’ban terasa berat karena kebanyakan orang lalai. Mereka sudah merasa cukup dengan melakukan puasa bersama-sama saat bulan rajab dan akan melakukan puasa wajib pada bulan Ramadhan.
ุฃََّู ุงْูู َُْููุฑِุฏَ ุจِุงูุทَّุงุนَุฉِ ุจََْูู ุฃَِْูู ุงْูู َุนَุงุตِู َูุงْูุบََْููุฉِ َูุฏْ ُูุฏَْูุนُ ุจِِู ุงْูุจََูุงุกِ ุนَِู ุงَّููุงุณِ ُِِّูููู ْ (karena melakukan taat sendiri di antara orang-orang yang melakukan maksiat dan lupa terkadang menjadi sebab ditolaknya bencana dari semua manusia)
Di antara sebab tidak diturunkan bencana adalah masih ada orang-orang yang beribadah dan beristighfar, sebagaimana zaman dahulu Allah tidak menurunkan bencana atau siksa kepada kafir quraisy Mekkah karena ada rasulullah, begitu juga saat rasulullah hijrah ke Madinah mereka tetap tidak diberi bencana karena ada orang-orang mukmin yang beristighfar.
Semoga kita bisa terus istiqamah beribadah kepada Allah setiap bulan, bukan hanya pada bulan-bulan mulia saja. Semoga kita bisa maksimal beribadah pada bulan Sya’ban sehingga pada bulan Ramadan lebih maksimal lagi. Rajab adalah bulan menanam, sya’ban adalah bulan merawat, dan Ramadan bulan memanen. Sya’ban bulan pembersihan diri dan Ramadan adalah bulan peleburan dosa.
ุงَุนُْูุฐُ ุจِุงِููู ู َِู ุงูุดَّْูุทَุงِูุงููู ู ู ุงูุดูุทุงู ุงูุฑุฌูู ุจุณู ุงููู ุงูุฑุญู ู ุงูุฑุญูู stighfar marang kekurangan kito anggene ngelampahi istiqomah taat.ih kanthi senen ุงูุฑَّุฌِْูู ِ، ุจِุณْู ِ ุงِููู ุงูุฑَّุญْู َِู ุงูุฑَّุญِْูู ِ، ุฅَِّู ุงَّูุฐَِْูู َูุงُْููุง ุฑَุจَُّูุง ุงَُّููู ุซُู َّ ุงุณْุชََูุงู ُْูุง ََููุง ุฎٌَْูู ุนََِْูููู ْ ََููุง ُูู ْ َูุญْุฒََُْููู، ุฃَُููุฆَِู ุฃَุตْุญَุงุจُ ุงْูุฌََّูุฉِ ุฎَุงِูุฏَِْูู َِْูููุง ุฌَุฒَุงุกً ุจِู َุง َูุงُْููุง َูุนْู ََُْููู
َู ُْูู ุฑَุจِّ ุงุบِْูุฑْ َูุงุฑْุญَู ْ َู ุงَْูุชَ ุงَุฑْุญَู ُ ุงูุฑَّุงุญِู َِْูู
ุงَْูุฎُุทْุจَุฉُ ุงูุซَّุงَِููุฉُ
ุงَْูุญَู ْุฏُ َِِّููู ุญَู ْุฏًุง َูุซِْูุฑًุง ุทَِّูุจًุง ู ُุจَุงุฑًَูุง ِِْููู، َูุงَุดَْูุฏُ ุงَْู َูุง ุงََِูู ุงَِّูุง ุงُููู َูุญْุฏَُู َูุง ุดَุฑَِْูู َُูู، َูุงَุดَْูุฏُ ุงََّู ู ُุญَู َّุฏًุง ุนَุจْุฏُ ุงِููู َูุฑَุณُُُْููู َูุตَُُِّููู َูุฎَُُِْูููู، ุตََّูู ุงُููู ุนََِْููู َูุนََูู ุขِِูู َูุตَุญْุจِِู َูุณََّูู َ ุชَุณِْْููู ًุง َูุซِْูุฑًุง ุงَِูู َْููู ِ ุงูุฏِِّْูู. ุงَู َّุง ุจَุนْุฏُ:
ََููุง ุงََُّููุง ุงْูู ُุคْู َُِْููู! ุงِุชَُّْููุง ุงَููู ุญََّู ุชَُูุงุชِِู، َูุงุชَُّْููุง َْููู ًุง ุชُุฑْุฌَุนَُْูู ِِْููู ุงَِูู ุงِููู، َูุงุชَُّْููุง ุงَููู ุงَّูุฐِْู ุฎَََُูููู ْ، َูุงุชَُّْููุง ุงَููู ุงَّูุฐِْู ุชَุณَุงุฆََُْููู ุจِِู، َูุงุชَُّْููุง ุงَููู ุงَّูุฐِْู ุนِْูุฏَُู ุงْูุฌََّูุฉِ َูุงَّููุงุฑِ.
َูุฐَุง َูุงุนَْูู ُْูุง ุฑَุญِู ََِูู ุงُููู َูุงَِّูุงُูู ْ ุงََّู ุงَููู ุฌََّู ุฌََูุงُُูู ุฃَู َุฑَُูู ْ ุจِุงูุตََّูุงุฉِ ุนََูู َูุจِِِّูู ََููุงَู ًَْูููุง َูุฑِْูู ًุง : ุฅَِّู ุงََّููู َูู ََูุงุฆَِูุชَُู ُูุตََُّْููู ุนََูู ุงَّููุจِِّู َูุงุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِْูู ุขู َُْููุง ุตَُّููุง ุนََِْููู َูุณَِّูู ُูุง ุชَุณِْููู ًุง. ุงََُّูููู َّ ุตَِّู َูุณَِّูู ْ َูุจَุงุฑِْู ุนََูู ุนَุจْุฏَِู َูุฑَุณَُِْููู ู ُุญَู َّุฏٍ ุตَุงุญِุจِ ุงَْููุฌِْู ุงْูุฃََْููุฑِ َูุงْูุฌَุจِِْูู ุงْูุฃَุฒَْูุฑِ. َูุงุฑْุถَ ุงَُّูููู َّ ุนََูู ุงْูุฃَุฑْุจَุนَุฉِ ุงْูุฎََُููุงุกِ ุงْูุฃَุฆِู َّุฉِ ุงْูุญََُููุงุกِ ุงَّูุฐَِْูู َูุถَْูุง ุจِุงْูุญَِّู َูุจِِู َูุงُْููุง َูุนْุฏَُِْููู، َูุนَِู ุงูุตَّุญَุงุจَุฉِ ุฃَุฌْู َุนَِْูู َู ุงูุชَّุงุจِุนَِْูู َู ู َْู ุชَุจِุนَُูู ْ ุจِุฅِุญْุณَุงٍู ุงَِูู َْููู ِ ุงูุฏِِّْูู. ุงََُّูููู َّ ุฃَุนِุฒَّ ุงْูุฅِุณَْูุงู َ َูุงْูู ُุณِْูู َِْูู َูุฃَุฐِِّู ุงูุดِّุฑَْู َูุงْูู ُุดْุฑَِِْููู. ุงََُّูููู َّ َูุณْุฃََُูู َูุงَْูุชَ ุงَُِّْูููู ุงْูุนَุฒِْูุฒُ َูุงَْูุชَ َูุงุตِุฑُ ุนِุจَุงุฏَِู ุงْูู ُุชََِّْููู َูุณْุฃََُูู ุงَْู ุชَْูุตُุฑَ ุงْูู ُุคْู َِِْููู ุงَّูุฐَِْูู ُูุฌَุงِูุฏَُْูู ِูู ุณَุจَِِْููู ِูู ُِّูู ู ََูุงٍู، ุงََُّูููู َّ ุงْูุตُุฑُْูู ْ ุนََูู ุนَุฏَُِّูู َูุนَุฏُِِّููู ْ، ุงََُّูููู َّ ุงْูุตُุฑُْูู ْ ุนََูู ุนَุฏَُِّูู َูุนَุฏُِِّููู ْ ู َِู ุงَُْْููููุฏِ َูุงَّููุตَุงุฑَู َูุงْูู ُุดْุฑَِِْููู َูุงْูู ُْูุญِุฏَِْูู َูุณَุงุฆِุฑِ ุงَุตَْูุงِู ุงْูู ُุฑْุชَุฏَِّْูู َูุง ุฑَุจَّ ุงْูุนَุงَูู َِْูู.
ุงَُّٰูููู َّ ุงุบِْูุฑْ ِْููู ُุณِْูู َِْูู َูุงْูู ُุณِْูู َุงุชِ َูุงْูู ُุคْู َِِْููู َูุงْูู ُุคْู َِูุงุชِ ุงْูุฃَุญَْูุงุกِ ู ُِْููู ْ َูุงْูุฃَู َْูุงุชِ. ุงَُّٰูููู َّ ุงุฑْุญَู ْ ู َْูุชَุงَูุง َูู َْูุชَู ุงْูู ُุณِْูู َِْูู َูุงุดِْู ู َุฑْุถَุงَูุง َูู َุฑْุถَู ุงْูู ُุณِْูู َِْูู. ุงَُّٰูููู َّ ุฃَุนِุฒَّ ุงْูุฅِุณَْูุงู َ َูุงْูู ُุณِْูู َِْูู، َูุฃّุฐَِّู ุงูุดِّุฑَْู َูุงْูู ُุดْุฑَِِْููู، َูุฏَู ِّุฑْ ุฃَุนْุฏَุงุกَ ุงูุฏِِّْูู ู َِู ุงَُْْููููุฏِ َูุงْูู ُْูุณِุฏَِْูู َูุณَุงุฆِุฑِ ุฃَุนْุฏَุงุกِ ุงูุฏِِّْูู، ุงَُّٰูููู َّ ุงَِْูู ุงูุฑُّุนْุจَ ِูู ُُْูููุจِ ุงูุธَّุงِูู َِْูู ุงْูู ُุชَِّูุจِุฑَِْูู ุงْูู ُุชَุฌَุจِّุฑَِْูู، ุงَُّٰูููู َّ َูุฑِّْู ุฌَู ْุนَُูู ْ، ุงَُّٰูููู َّ ุดَุชِّุชْ ุดَู َُْููู ْ، ุงَُّٰูููู َّ ุฎَุงِْูู ุจََْูู ُُْูููุจِِูู ْ. ุงَُّٰูููู َّ َูุง ุชُุจَِّูุบُْูู ْ ุงٰู َุงَُููู ْ، ุงَُّٰูููู َّ َูุงุชُุณَِّูุทْ ุนَََْูููุง ุจِุฐُُْููุจَِูุง ู َْู َูุง َูุฎَุงَُูู ََููุง َูุฑْุญَู َُูุง. ุฑَุจََّูุง ุงุบِْูุฑْ ََููุง َِููุฅِุฎَْูุงَِููุง ุงَّูุฐَِْูู ุณَุจََُْูููุง ุจِุงْูุฅِْูู َุงِู ََููุง ุชَุฌْุนَْู ِูู ُُْูููุจَِูุง ุบًِّูุง َِّููุฐَِْูู ุขู َُْููุง ุฑَุจََّูุง ุฅََِّูู ุฑَุคٌُْูู ุฑَุญِْูู ٌ. ุฑَุจََّูุง ุชََูุจَّْู ู َِّูุง ุฅََِّูู ุฃَْูุชَ ุงูุณَّู ِْูุนُ ุงْูุนَِْููู ُ، َูุชُุจْ ุนَََْูููุง ุฅََِّูู ุฃَْูุชَ ุงูุชََّّูุงุจُ ุงูุฑَّุญِْูู ُ. ุฑَุจََّูุง ุขุชِูุงَ ِูู ุงูุฏَُّْููุง ุญَุณََูุฉً َِููู ุงْูุขุฎِุฑَุฉِ ุญَุณََูุฉً ََِูููุง ุนَุฐَุงุจَ ุงَّููุงุฑِ
ุนِุจَุงุฏَุงِููู ! ุงَِّู ุงَููู َูุฃْู ُุฑُُูู ْ ุจِุงْูุนَุฏِْู َูุงْูุงِุญْุณَุงِู َูุฅِْูุชุขุกِ ุฐِู ุงُْููุฑْุจَู َََْููููู ุนَِู ุงَْููุญْุดุขุกِ َูุงْูู َُْููุฑِ َูุงْูุจَุบْู َูุนِุธُُูู ْ َูุนََُّููู ْ ุชَุฐََّูุฑَُْูู َูุงุฐُْูุฑُูุงุงَููู ุงْูุนَุธِْูู َ َูุฐُْูุฑُْูู ْ َูุงุดُْูุฑُُْูู ุนََูู ِูุนَู ِِู َูุฒِุฏُْูู ْ ََููุฐِْูุฑُ ุงِููู ุงَْูุจَุฑْ
Post a Comment for "Khutbah Indonesia - Sya'ban Bulan yang Terlupakan"
Silahkan berikan komentar dengan baik dan sopan