Apa Hikmah Bersuci Saat Shalat? Ini Penjelasannya (2)
Setelah dalam artikel sebelumnya dijelaskan beberapa hikmah bersuci dengan dasar dalil, kali ini kami akan kembali menghadirkan hikmah bersuci menurut rasional, dan tentu masih mengutip pemikiran dari syekh Al-Jurjani dalam kitab Hikmah al-Tasyri' wa Falsafatuh.
Adapun dari segi rasional bersuci mempunyai beberapa alasan, di antaranya :
1. Shalat adalah khidmah(melayani) dan mengagungkan Allah Swt. Dengan kondisi apapun berkhidmah dan mengagungkan wajib tertanam dalam diri umat Islam. Dan maklum bahwa, berdiri di hadapan-Nya dengan badan dan pakaian suci di tempat yang suci lebih mengindikasikan bentuk pengagungan dan lebih sempurna dalam berkhidmah ketimbang berdiri dengan badan dan pakaian najis di tempat yang najis, sebagaimana berdiri saat melayani para raja.
Begitu juga harus suci dari hadas dan janabah. Keduanya memang tidak terlihat, akan tetapi menjadi najis maknawi yang bisa menyebabkan segala hal yang ditempatinya dianggap kotor. Apakah kalian tahu bahwa Hudzaifah bin al-Yamani ra. menolak bersalaman dengan Rasulullah Saw. saat junub. Hudzaifah berkata : "Sesungguhnya aku sedang junub, wahai Rasulullah."
Kondisi janabah bisa merusak nilai pengagungan. Kendati tidak ada najis sama sekali akan tetapi dalam anggota yang berjanabah terkandung kotoran, wajib membasuh untuk mensucikannya. Dengan begitu, berhias dan membersihkan diri adalah sebuah keharusan. Dengan keindahan dan kebersihan seseorang lebih dekat pada esensi pengagungan dan pelayanan. Barang siapa yang ingin berdiri di depan rajanya untuk berkhidmah maka diharuskan membersihkan diri, berhias, memakai pakaian paling bagus sebagai wujud mengagungkannya. Oleh karena itu, yang lebih utama bagi seseorang adalah shalat dengan pakaian terbaik dan terbersih yang disiapkan untuk berkunjung kepada orang-orang mulia dan untuk menghadiri perkumpulan.
2. Manusia diperintahkan membasuh anggota dzahir dari hadas dan janabah karena mengingatkan diri agar mensucikan batin dari sifat dengki, hasud, sombong, berprasangka buruk kepada muslim dan sebab-sebab dosa lainnya.
Manusia diperintah menghilangkan hadas sebagai bentuk bersuci, meskipun kondisi berhadas tidak menafikan nilai ibadah dan khidmah dalam sebagian besar ritual ibadah. Seperti diperbolehkan melaksanakan puasa dan zakat meskipun dalam kondisi hadas dan janabah. Terlebih beriman kepada Allah Swt. yang menjadi pangkal ibadah, diperbolehkan dalam kondisi hadas, karena hadas bukan sebuah kemaksiatan atau dosa. Adapun segala hal yang menyebabkan batin berdosa maka diperintah membasuh anggota dzahir untuk menunjukkan dan mengingatkan sucinya batin. Membersihkan diri dari sifat-sifat tercela hukumnya wajib berdasar dalil naqli dan aqli.
3. Wajib membasuh anggota wudhu sebagai perwujudan syukur atas nikmat yang mewajibkan shalat. Tujuh anggota wudhu merupakan perantara bisa memenuhi nikmat yang besar, bahkan dengannya didapatkan nikmat besar Allah Swt. Dengan tangan bisa didapatkan dan digenggam segala kebutuhan. Dengan kaki bisa berjalan pada tempat yang dituju. Wajah dan kepala adalah tempat panca indra ; mata, hidung, mulut, telinga, yang dengan semuanya bisa tahu agungnya nikmat-nikmat Allah Swt. Dengannya manusia bisa melihat, mencium, mencicipi, mendengarkan. Dengannya manusia bisa merasakan kenikmatan, kesenangan dan menggapai berbagai macam bentuk kenikmatan. Manusia diperintah membasuhnya sebagai kristalisasi syukur atas hal yang bisa menghantarkan pada seluruh kenikmatan di atas.
4. Diperintah membasuh anggota wudhu agar bisa melebur dosa yang dilakukan dengannya. Dengan anggota-anggota ini manusia melakukan dosa-dosa besar ; mengambil perkara haram, berjalan menuju tempat haram atau maksiat, melihatnya, memakannya dan mendengarkan omongan kosong dan dusta. Manusia diperintah membasuhnya agar melebur dosa-dosa tersebut.
Adapun bersuci memiliki beberapa tingkatan :
1. Mensucikan anggota dzahir dari kotoran dan najis.
2. Membersihkan anggota dari dosa, agar tangan tidak kotor sebab mencuri, mata sebab memandang aurat, kaki sebab berjalan pada tempat haram dan seterusnya.
3. Mensucikan hati dari sifat-sifat tercela.
4. Mensucikan hati dari selain Allah Swt. Tingkatan keempat ini adalah bersucinya para nabi dan rasul as. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang suci.
Adapun dari segi rasional bersuci mempunyai beberapa alasan, di antaranya :
1. Shalat adalah khidmah(melayani) dan mengagungkan Allah Swt. Dengan kondisi apapun berkhidmah dan mengagungkan wajib tertanam dalam diri umat Islam. Dan maklum bahwa, berdiri di hadapan-Nya dengan badan dan pakaian suci di tempat yang suci lebih mengindikasikan bentuk pengagungan dan lebih sempurna dalam berkhidmah ketimbang berdiri dengan badan dan pakaian najis di tempat yang najis, sebagaimana berdiri saat melayani para raja.
Begitu juga harus suci dari hadas dan janabah. Keduanya memang tidak terlihat, akan tetapi menjadi najis maknawi yang bisa menyebabkan segala hal yang ditempatinya dianggap kotor. Apakah kalian tahu bahwa Hudzaifah bin al-Yamani ra. menolak bersalaman dengan Rasulullah Saw. saat junub. Hudzaifah berkata : "Sesungguhnya aku sedang junub, wahai Rasulullah."
Kondisi janabah bisa merusak nilai pengagungan. Kendati tidak ada najis sama sekali akan tetapi dalam anggota yang berjanabah terkandung kotoran, wajib membasuh untuk mensucikannya. Dengan begitu, berhias dan membersihkan diri adalah sebuah keharusan. Dengan keindahan dan kebersihan seseorang lebih dekat pada esensi pengagungan dan pelayanan. Barang siapa yang ingin berdiri di depan rajanya untuk berkhidmah maka diharuskan membersihkan diri, berhias, memakai pakaian paling bagus sebagai wujud mengagungkannya. Oleh karena itu, yang lebih utama bagi seseorang adalah shalat dengan pakaian terbaik dan terbersih yang disiapkan untuk berkunjung kepada orang-orang mulia dan untuk menghadiri perkumpulan.
2. Manusia diperintahkan membasuh anggota dzahir dari hadas dan janabah karena mengingatkan diri agar mensucikan batin dari sifat dengki, hasud, sombong, berprasangka buruk kepada muslim dan sebab-sebab dosa lainnya.
Manusia diperintah menghilangkan hadas sebagai bentuk bersuci, meskipun kondisi berhadas tidak menafikan nilai ibadah dan khidmah dalam sebagian besar ritual ibadah. Seperti diperbolehkan melaksanakan puasa dan zakat meskipun dalam kondisi hadas dan janabah. Terlebih beriman kepada Allah Swt. yang menjadi pangkal ibadah, diperbolehkan dalam kondisi hadas, karena hadas bukan sebuah kemaksiatan atau dosa. Adapun segala hal yang menyebabkan batin berdosa maka diperintah membasuh anggota dzahir untuk menunjukkan dan mengingatkan sucinya batin. Membersihkan diri dari sifat-sifat tercela hukumnya wajib berdasar dalil naqli dan aqli.
3. Wajib membasuh anggota wudhu sebagai perwujudan syukur atas nikmat yang mewajibkan shalat. Tujuh anggota wudhu merupakan perantara bisa memenuhi nikmat yang besar, bahkan dengannya didapatkan nikmat besar Allah Swt. Dengan tangan bisa didapatkan dan digenggam segala kebutuhan. Dengan kaki bisa berjalan pada tempat yang dituju. Wajah dan kepala adalah tempat panca indra ; mata, hidung, mulut, telinga, yang dengan semuanya bisa tahu agungnya nikmat-nikmat Allah Swt. Dengannya manusia bisa melihat, mencium, mencicipi, mendengarkan. Dengannya manusia bisa merasakan kenikmatan, kesenangan dan menggapai berbagai macam bentuk kenikmatan. Manusia diperintah membasuhnya sebagai kristalisasi syukur atas hal yang bisa menghantarkan pada seluruh kenikmatan di atas.
4. Diperintah membasuh anggota wudhu agar bisa melebur dosa yang dilakukan dengannya. Dengan anggota-anggota ini manusia melakukan dosa-dosa besar ; mengambil perkara haram, berjalan menuju tempat haram atau maksiat, melihatnya, memakannya dan mendengarkan omongan kosong dan dusta. Manusia diperintah membasuhnya agar melebur dosa-dosa tersebut.
Adapun bersuci memiliki beberapa tingkatan :
1. Mensucikan anggota dzahir dari kotoran dan najis.
2. Membersihkan anggota dari dosa, agar tangan tidak kotor sebab mencuri, mata sebab memandang aurat, kaki sebab berjalan pada tempat haram dan seterusnya.
3. Mensucikan hati dari sifat-sifat tercela.
4. Mensucikan hati dari selain Allah Swt. Tingkatan keempat ini adalah bersucinya para nabi dan rasul as. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang suci.
Post a Comment for "Apa Hikmah Bersuci Saat Shalat? Ini Penjelasannya (2)"
Silahkan berikan komentar dengan baik dan sopan