Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Etika agar Rumah Tangga Selalu Harmonis - Adabul Islam fi Nidzamil Usrah

Allah Swt. memerintahkan agar bergaul dengan istri dengan cara baik, dengan menyesuaikan watak mereka (kurangnya akal dan agama). Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. : 


مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ 
Artinya : Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menggoyangkan laki-laki yang teguh dari pada salah satu di antara kalian. (HR. Bukhari)
Abuya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki

Karenanya, Rasulullah Saw. bersabda : 


خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِاَهْلِهِ وَاَنَا خَيْرُكُمْ لِاَهْلِي 
Artinya : Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga (istri)nya. Dan saya yang paling baik terhadap keluarga(istri)ku. HR. Ibnu Majah

Ali ra. berkata : 


عَقْلُ الْمَرْأَةِ جَمَالُهَا وَجَمَالُ الرَّجُلِ عَقْلُهُ
Artinya : Akalnya perempuan adalah kebagusannya dan bagusnya laki-laki adalah akalnya. 

Allah SWT. berfirman :
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا 
Artinya : Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.(QS. Al Nisa’ : 19)

 ... فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ ... 

Artinya : .... maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf ... (QS. Al Baqarah : 231)

Sesungguhnya baiknya pekerti bisa membawa kebaikan dunia dan akhirat. Sesungguhnya besok pada hari kiamat, laki-laki yang memiliki pekerti yang baik akan sampai pada derajat yang tidak bisa diperoleh melalui amal. Budi pekerti bisa mengumpulkan semua hal yang mulia. Barang siapa yang berbudi pekerti baik terhadap keluarga maka dia akan hidup penuh kesenangan dan kebahagiaan. Ada yang mengatakan, "Baiknya pekerti dan baiknya tetangga bisa meramaikan rumah-rumah."

Akhir perkara yang diwasiatkan Rasulullah adalah tiga kalimat. Saat beliau berbicara tiga wasiat ini, lisan beliau tampak gagap dan suaranya lirih. Beliau bersabda, "Jagalah shalat kalian, jagalah shalat kalian. Jagalah budak-budak kalian, jangan sampai kalian membebani mereka dengan pekerjaan yang tidak kuasa mereka lakukan. Dan takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah dalam urusan istri kalian karena mereka adalah keluarga yang menjadi tanggungan kalian. Kalian mengambil mereka dengan janji Allah dan menghalalkan farji mereka dengan kalimat Allah. HR. Al-Nasa'i dan Ibnu Majah 
Nabi Saw. bersabda, "Berilah wasiat yang baik kepada para wanita. Karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Sedangkan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Apabila kalian meluruskannya maka kalian akan memecahnya, dan apabila kalian biarkan maka akan terus bengkok, maka berilah wasiat baik kepada para wanita."

Termasuk baiknya laki-laki dalam menggauli istri adalah 

1. Menanggung atau bersabar atas rasa sakit dan berusaha melupakannya karena sayang kepada mereka. 
Allah Swt. telah memerintahkan agar bergaul baik dengan istri sebagaimana bergaul baik dengan kedua orang tua. Perihal orang tua Allah Swt. Berfirman : 
 ...وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ... 
Artiny a : ... dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik ... (QS. Luqman : 15)

Perihal istri Allah Swt. berfirman :

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا 

Artinya : Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.(QS. Al-Nisa : 19)

Sesungguhnya menanggung rasa sakit dari perempuan ketika mereka sembrono dan marah termasuk budi pekerti yang mulia. Rasulullah Saw. adalah orang yang paling berbesar hati dalam menanggung, berbuat bijak dan memuliakan istri. Diceritakan dari sebagian sahabat ra. Ia berkata,  "Aku tidak pernah melihat satu orang pun yang lebih mengasihi keluarganya dari pada Rasulullah Saw." HR. Muslim

Disebutkan dalam "Tarikh Ibnu Katsir", dari Anas ra. Ia berkata, "Rasulullah Saw. adalah orang yang paling mengasihi anak-anak kecil dan keluarganya."

2. Bergaul dan bermain dengan mereka. 
Permainan bisa menenangkan hati,  menentramkan diri, dan menghilangkan kekhawatiran. Dalam permainan tersirat hal yang membuat istri semangat untuk melakukan hal yang membuat suami ridha dan cinta. 

Rasulullah Saw. adalah orang yang bergaul dengan para istrinya sampai perbuatan dan pekerti beliau turun pada derajat akal mereka. Terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Daud, Nasa'i, dan Ibnu Majah dari hadis Aisyah ra. dengan sanad shahih bahwa, Rasulallah Saw. berlomba balapan dengan Siti Aisyah. Suatu hari Siti Aisyah yang menang, di  hari lain beliau yang juara. Beliau bersabda, "Kemenangan ini adalah tebusan kekalahan yang lalu."

Dan terdapat hadis yang diriwayatkan Hasan bin Sufyan dalam "Musnad"nya, dari Anas ra. bahwa Rasulullah Saw. adalah Orang yang paling lucu ketika bersama para istri. 

Imam Turmudzi meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ia berkata, "Rasulullah Saw. bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya, paling baik pekertinya, dan yang terbaik dari kalian semua adalah yang paling baik kepada istrinya."
Bergaul dengan baik dan memperbaiki niat saat bermain dengan istri adalah hal yang dituntut dan mengandung pahala yang besar. Namun, suami harus jujur, tidak boleh berdusta saat bergaul. Harus bisa menganalisa kondisi, sehingga tidak sampai membuat istri berani kepadanya. Jika sampai istri berani maka  hal tersebut bisa merusak akhlak mereka dan menghilangkan haibah suami dari hati mereka. 

Adapun baiknya pekerti seorang istri kepada suami adalah :

1. Tidak membebani suami dengan hal yang tidak kuasa mereka lakukan dan tidak meminta sesuatu yang melebihi kebutuhan. 

Hal ini esensi dari ungkapan menolong suami dengan adil. Sesungguhnya qonaah bisa meramaikan rumah dan mendatangkan kasih sayang, sedangkan serakah dan tama' bisa melemahkan rasa cinta dan mendatangkan hal yang dibenci. Setiap perkara yang bisa membuat wanita qonaah, berpekerti dan pandai mengatur rizki yang sedikit sudahlah mencukupi bagi dirinya, suami dan anak-anaknya. 

Bagi istri hendaknya menghindari rizki haram. Rizki haram bisa merusak dan menghancurkan keluarga. Setiap daging yang tumbuh dari perkara haram maka neraka tempatnya. Istri ulama salaf berkata kepada suami atau ayah mereka, “Jauhilah pekerjaan haram, karena kami bisa menahan rasa lapar dan sakit namun tidak akan bisa menahan panasnya neraka.”

Seorang istri tidak boleh marah ketika suami bangkrut. Termasuk perkara yang buruk adalah sikap istri berubah sebab berubahnya harta suami. Seharusnya istri ridha terhadap qadha yang telah ditetapkan, dan terus ada untuk suami pada waktu susah sebagaimana ada pada waktu kaya. Aku(Sayid Maliki) menyaksikan bahwa orang-orang yang terhormat berpekerti seperti ini, mereka bersabar dan mengerti bahwa menunggu datangnya jalan keluar adalah termasuk ibadah yang utama. Mereka memegang kedua tangan suaminya, dan turut membantu bekerja dalam penjahitan. Mereka terus mencari rizki sampai krisis terpecahkan dan keadaan susah mulai cerah. Ilmu yang terbaik adalah mengetahui bahwa sesudah satu kesulitan akan muncul banyak kemudahan, dan bahwa kenikmatan dunia akan membuat susah kelak di akhirat. 

Ibnu Abi dunya meriwayatkan sebuah hadis bahwa, Rasulullah pernah mengalami rasa lapar, lalu beliau mengambil batu dan mengikatkan di perut beliau yang mulia. Beliau bersabda, "Ingatlah! Banyak sekali orang yang enak-enakan di dunia mereka kelaparan dan telanjang pada hari kiamat. Ingatlah! Banyak orang yang memuliakan dirinya namun sebenarnya dia merendahkan dirinya. Ingatlah! Banyak yang merendahkan dirinya namun sebenarnya dia memuliakan dirinya. 

2. Berbakti kepada suaminya. 

Yakni mendahulukan hak suami dari pada hak diri sendiri dan hak kerabat. Termasuk berbakti kepada suami adalah berbuat baik kepada mertua, memasrahkan urusan rumah kepadanya dengan meyakini kebaikannya.  Istri harus  berterimakasih kepada mertua. Kebanyakan, mertualah menjadi sebab suaminya mau menikahi dirinya. Mertualah yang memilihnya sebagai istri dari putra tercintanya.

Ketika terjadi percekcokan antara ibu dan istri, maka adakalanya dia bersabar dalam kehidupan yang pahit dan permusuhan yang berlangsung lama, dan adakalanya harus memilih di antara dua pilihan, yang paling manis di antara keduanya tetaplah berasa pahit. Dua pilihan tersebut adalah melepas ikatan nikah atau durhaka kepada ibu. Ingatlah! Bertakwalah kepada Allah wahai para istri dan para suami, para suami dan para mertua, dan hiduplah dengan saling menyayangi dan mengasihi. 

Termasuk berbakti kepada suami adalah 

1. Bersyukur atas nafkah yang diberikan. 
Rasa syukur bisa membuat hati lebih lapang dan tenang. 

2. Mendidik anak dengan sabar dan kuat. 
Yakni dengan memperdengarkannya ucapan baik, dan berdoa yang bagus.Terdapat sebuah hadis yang melarang berdoa buruk kepada diri sendiri, anak dan harta. Diceritakan dari Jabir ra., dari Rasulullah Saw. Beliau berkata, "Janganlah berdoa jelek kepada diri sendiri, janganlah berdoa jelek kepada anak-anak kalian, janganlah berdoa jelek kepada pembantu kalian, dan janganlah berdoa jelek kepada harta benda kalian. Berhati-hatilah, jangan sampai kalian mencocoki Allah dalam satu waktu yang saat kalian berdoa dalam waktu tersebut maka Allah akan mengabulkannya."

Seorang istri harus mendidik anak-anaknya agar bersifat zuhud, sengsara, dan rapi, mendidik dan mengajarkan mereka akan iman, thaharah dan akhlak yang utama, membuat mereka senang berbuat baik dan benci berbuat buruk. Dengan begitu, bagi mereka istri menjadi naungan rahmat yang selalu tegak. Ketika melakukan hal di atas, maka balasan bagi istri adalah hal yang baik dan pahala besar. 

 Allah SWT. berfirman : 

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Artinya : Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).(QS. Al-Baqarah:281) 

3. Tidak mengadukan atau menyebut kesengsaraan yang di alami dari suami atau menyebut rasa sakit yang diderita, saat berada di dalam perkumpulan perempuan. 
Rasulullah Saw. bersabda : 

اِنِّيْ لَأَبْغِضُ الْمَرْأَۃَ تَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهَا تَجُرُّ ذَيْلَهَا تَشْكُوْ زَوْجَهَا 

Artinya : Aku sangat membenci perempuan yang keluar dari rumah dengan menarik kehinaannya dan mengadukan perihal suaminya. HR. Al-Thabrani dengan sanad dhaif.

Termasuk hal yang membantu bisa baik bergaul adalah hendaknya seorang wanita taat kepada suami dalam segala hal yang di perintahkan selama tidak mengandung unsur maksiat. Tidak ada taat kepada makhluk dalam maksiat kepada Allah, sang Khaliq. Taat hanyalan boleh dalam kebaikan. 

Termasuk kategori taat adalah

1.  Tidak menentang pendapat suami, selama tidak dalam hal maksiat, meskipun meyakini bahwa istri yang benar. Memasrahkan urusan sehari-hari kepada pendapat suami adalah yang baik dan utama. Banyak sekali pertentangan dan masalah yang  tumbuh dari perselisihan pendapat. Bahkan, bisa jadi terjadi goncangan keluarga yang bisa berakibat lepasnya ikatan pernikahan. Wal iyadzu billah. 

Sesungguhnya perempuan yang memiliki akal terkadang bisa dimintai jawaban oleh suaminya dan pendapatnya dipilih ketika terjadi pertentangan. Saat itu, wanita tersebut akan bersikap dengan lembut dan penuh kasih. 

Terdapat beberapa hadis dari Nabi Saw. yang menerangkan taat kepada suami :

a . Diriwayatkan oleh Bazar dan Imam Thabrani bahwa, seorang perempuan berkata, "Aku perwakilan para perempuan yang  datang kepadamu." Kemudian perempuan tersebut menyebutkan pahala dan harta jarahan yang diperoleh suaminya dalam peperangan. Dia berkata, "Apakah kami memiliki bagian dari jihad tersebut?" Rasulullah Saw. bersabda, "Sampaikan kepada perempuan yang kamu jumpai, bahwa mentaati suami dan mengakui haknya itu membandingi pahala dan ghanimah. Akan tetapi sedikit sekali dari kalian yang melakukannya."

b. Ibnu Hiban meriwayatkan hadis dalam kitab "Shahih" nya, dari Ibnu Abi Aufa ra. Ia berkata, "Ketika Mu'adz bin Jabal ra. tiba di Syam, ia bersujud kepada Nabi Saw. Beliau Saw. berkata, "Apa maksudnya ini?" Mu'adz berkata, "Wahai Rasulullah, aku datang ke Syam, lalu melihat mereka bersujud kepada pemimpin romawi dan pemimpin katolik mereka, maka aku ingin melakukan hal yang sama kepada engkau." Beliau bersabda, "Janganlah lakukan hal itu. Seandainya aku boleh memerintah sesuatu sujud kepada sesuatu lain, maka aku akan menyuruh para istri sujud kepada suaminya. Demi Dzat yang nyawaku ada di genggamannya, seorang istri tidak akan bisa mendatangi hak Tuhannya sebelum dia mendatangi hak suaminya."

c. Diriwayatkan oleh Bazar dengan sanad yang bagus, dari Aisyah ra. Ia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah Saw., "Siapa yang haknya paling besar bagi perempuan?" Beliau menjawab, "Suaminya." Siti Aisyah berkata, "Lalu siapakah yang haknya paling besar bagi laki-laki?" Beliau menjawab, "Ibunya."

2. Tidak keluar rumah kecuali mendapat izin yang jelas. Maka, perempuan boleh keluar dengan tampilan sederhana dan berpakaian yang sempurna(menutup aurat), yang bisa menjauhkan diri dari pandangan laki-laki lain. Dia harus berusaha sebisa mungkin berjalan di jalan yang tidak berdesakan, selain pasar-pasar, jalan raya, dan halaman umum.  Sekiranya dalam diri wanita melekat agama dan kemuliaan maka perilakunya akan seperti deskripsi di atas. 

Sungguh diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Abu Daud al Tiyalisi, dan Ibnu 'asakir, dari Umar ra. bahwa, Rasulullah Saw. bersabda, " Dan hendaknya perempuan tidak keluar kecuali dengan izin suami. Apabila dia keluar tanpa izin suami maka laknat Allah dan malaikat baginya, sehingga dia bertaubat atau pulang." Seseorang berkata, "Meskipun suaminya seorang yang dzalim?" Beliau menjawab, "Iya, meskipun suaminya seorang yang dzalim."

3. Tidak berpuasa sunah kecuali dengan izin suami. Apabila dia berpuasa tanpa izin suami, padahal dia ada di rumah- tidak dalam berpergian- maka bagiannya dari puasa tersebut hanya lapar dan haus. Dia juga telah berdosa dan Allah sama sekali tidak menerima puasanya. Suami mempunyai hak menyuruhnya membatalkan puasa apabila tidak meminta izin terlebih dahulu. 

Adapun puasa wajib, seperti Ramadhan maka tidak perlu meminta izin. Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Hendaknya istri tidak menolak suami atas dirinya meskipun di atas pelana unta, dan hendaknya tidak berpuasa satu hari kecuali dengan izinnya, apabila dia berpuasa tanpa izin maka dia berdosa dan puasanya tidak diterima."


Di terjemahkan dari Adabul Islam fi Nidzamil Usrah
Karangan Abuya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki

Post a Comment for "Etika agar Rumah Tangga Selalu Harmonis - Adabul Islam fi Nidzamil Usrah "