Lailatul Qadar: Ketekunan dan Penantian
![]() |
إِنَّهَا تُعلم فيه باليوم الأول من الشهر فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين أو الخميس فهي ليلة خمس وعشرين أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين
"Sesungguhnya lailatul qadar bisa diketahui dengan (melihat) hari pertama bulan Ramadan: Apabila awalnya hari Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 29: apabila hari Senin maka pada malam 21: apabila hari Selasa atau Jumat maka pada malam 27: apabila pada hari kamis maka pada malam 25: apabila pada hari Sabtu maka pada malam 23."
Kendati ada "bocoran" jatuhnya lailatul qadar dari ulama-ulama yang telah melakukan riset terhadap pengalaman mereka saat mendapatkan lailatul qadar,
akan tetapi kita tidak bisa hanya mengandalkan satu malam saja untuk memperoleh malam mulia ini. Allah menyembunyikannya agar umat Islam giat beribadah sebulan penuh. Tuhan kita ingin kita terus beribadah, bermunajat, "bermain asmara" dengan-Nya. Lailatul qadar tetap menjadi misteri, yang tidak bisa diperoleh hanya dengan peruntungan. Malam indah ini akan diberikan kepada mereka yang giat beribadah dan selalu bergantung kepada pemilik-Nya.
Kita harus giat beramal dan selalu mengharap rahmat Allah Swt. Tidak boleh hanya beramal tanpa raja' (mengharap rahmat), atau hanya mengharap rahmat tanpa beramal. Orang yang beramal belaka hanya akan menyiksa diri, orang yang berharap belaka hanya tukang melamun.
إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: Sesungguhnya rahmat Allah dekat dengan orang yang berbuat baik. (QS. Al-A'raf: 56)
Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad mengatakan bahwa orang mukmin yang berilmu pasti akan memperbaiki amal dengan sungguh-sungguh, setelah itu ia bergantung pada Allah: pada rahmat dan Fadhal-Nya.
Nabi Saw pernah bersabda:
لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ اَحَدٌ بِعَمَلِهِ
"Seseorang tidak akan masuk surga hanya dengan amalnya."
Sahabat bertanya, "Termasuk Engkau, Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Iya, termasuk aku, hanya saja Allah memenuhiku dengan rahmat-Nya."
Setelah itu, Nabi beribadah, shalat malam sampai kedua kaki beliau membengkak. Kita bisa melihat bagaimana manusia termulia yang dipenuhi rahmat Allah Swt selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Terdapat sebuah kisah bahwa, dulu ada seorang yang beribadah selama 500 tahun. Saat hari kiamat, Allah berkata, "
اُدْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِيْ
"Masuklah surga sebab rahmat-Ku."
Ia menjawab:
بَلْ بِعَمَلِيْ
"Tidak, tapi aku masuk surga dengan sebab amalku."
Maka Allah memerintahkan agar dikalkulasi antara amalnya dengan nikmat mata. Hasilnya, seluruh pahala ibadahnya habis dan nikmat Allah masih banyak sekali. Setelah itu, Allah memerintahkan agar dia dimasukkan ke neraka. Maka, dengan penuh penyesalan dia berkata:
أَدخِلْنِيْ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِكَ
"Masukkanlah diriku ini ke surga sebab rahmat-Mu."
Imam Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad menyimpulkan bahwa yang harus terpenuhi oleh orang mukmin agar masuk surga: 1 memperbaiki amal 2. Bergantung pada rahmat Allah.
Syekh Abu Sa'id al-Kharraj berkata:
مَنْ ظَنَّ اَنّهُ بِالْعَمَلِ يَصِلُ فَهُوَ مُتَعَنٍّ وَ مَنْ ظَنَّ اَنّهُ بِدُوْنِ الْعَمَلِ يَصِلُ فَهُوَ مُتَمَنٍّ
"Barang siapa menyangka bahwa dengan amalnya dia akan sampai (ke surga atau Allah) maka dia hanya menyiksa diri. Barang siapa yang menyangka bahwa dengan tanpa amal dia sampai maka dia hanya melamun semu.
Syekh Hasan al Bashri berkata:
اِنَّ أَمَانِيَ الْمَغْفِرَةِ قَدْ لَعِبَتْ بِأَقْوَامٍ حَتَّی خَرَجُوْا مِنَ الدُّنْيَا مَفَالِيْسَ
Artinya: Sesungguhnya harapan-harapan semu (tanpa amal) atas maghfirah akan mempermainkan manusia sampai mereka meninggalkan dunia dalam kondisi sangat rugi.
Semoga kita diberi semangat beribadah dan rahmat agar mendapatkan malam Lailatul Qadar.
Post a Comment for "Lailatul Qadar: Ketekunan dan Penantian"
Silahkan berikan komentar dengan baik dan sopan