Rahasia Besar Dibalik Pertemuan Musa dan Muhammad - Isra' Mi'raj
Rahasia Besar Dibalik Pertemuan Musa as dan Muhammad Saw
Pertemuan Musa as dengan Muhammad Saw menjadi satu moment yang selalu menjadi pusat perhatian dalam sejarah isra' mi'raj. Pasalnya, dari pertemuan dua manusia mulia ini umat Islam mendapat dispensasi yang luar biasa ; dari kewajiban shalat lima puluh kali menjadi lima kali dalam sehari.
Saat melakukan perjalanan mi'raj Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa dua kali. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa kitab klasik -Salah satunya Fathul Rabbani Li Tartib Musnad al-Ahmad bin Hanbal- bahwa nabi Muhammad berjumpa dengan nabi Musa as di langit ke enam. Layaknya para nabi di langit sebelumnya, terlebih dahulu Musa memberi salam kepada Kanjeng Nabi. Hanya saja setelah lewat, putra Maryam menangis. Dikatakan padanya : "Mengapa kamu menangis?" Ia berkata : "Aku menangis karena laki-laki (Muhammad) yang diutus setelahku akan tetapi umatnya lebih banyak yang masuk surga dari pada umatku."
Pertemuan kedua terjadi setelah Kanjeng Nabi naik ke Sidratul Muntaha dan menerima perintah shalat. Beliau turun bertemu dengan Musa lagi.
"Dengan apa kamu diwajibkan?" Tanya Musa.
"Aku diperintah lima puluh kali shalat dalam sehari."
"Sungguh umatmu tidak akan kuat melakukan shalat lima puluh waktu. Aku telah memberi khabar umat sebelummu, dan sudah berusaha menggerakkan Bani Israil. Kembalilah kepada Tuhanmu. Mintalah keringanan!"
Nabi Muhammad kembali kepada Allah, meminta keringanan. Maka Dia Swt mengurangi sepuluh shalat, menjadi empat puluh. Akan tetapi Musa berkomentar dengan ucapan yang sama. Berulang kali putra Abdullah kembali kepada Allah untuk meminta keringanan sampai jumlah kewajiban shalat menjadi lima. Kendati sudah sangat sedikit, Musa tetap meminta keringanan, kanjeng nabi pun merasa malu kepada Allah.
"Aku telah meminta keringanan kepada-Nya sampai aku merasa malu. Aku sudah ridha dan pasrah."
Bila dicermati, ada rahasia besar dibalik kisah Muhammad Saw dengan Musa as di atas, kenapa nabi Musa tidak pasrah dengan perintah shalat lima puluh waktu? Padahal Yang memerintahkan adalah Allah yang mengetahui segala sesuatu. Ada beberapa alasan yang mendasari protes dari nabi Musa ini :
Pertama, Imam al-Khatabi berkata (sebagaimana dikutip dalam kitab Mirqat al-Mafatih) : Berulang kali kembali pada Allah dalam masalah perintah shalat ini jaiz (boleh) bagi Nabi Muhammad dan Musa karena mereka tahu bahwa perintah pertama bukanlah kewajiban yang sudah pasti, karena kewajiban yang sudah pasti tidak akan dapat dimintai keringanan. Pendapat ini juga dituturkan imam Al-Thayibi dan diikuti Ibnu Malik.
Pengarang, Syekh Ali bin Sultan Muhammad al-Qari berkata : "Perkara yang tidak waji tidak bisa dimintai keringanan secara pasti. Maka, yang shahih adalah Allah memberi kewajiban lima puluh kali kemudian dia memberi rahmat (belas kasih kepada hamba-Nya) dan menaskh (menyalin) dengan lima kali. Hal seperti ini juga terjadi dalam ayat radha' (menyusui) dan masalah iddah wanita yang suaminya meninggal. Hal ini bisa menjadi dalil diperbolehkannya menaskh sesuatu yang belum terjadi sebagaimana pendapat kebanyakan ulama.
Kedua, Ibnu Abi jamaah berkata dalam syarah al-Bukhari : Nabi Ibrahim tidak meminta keringanan untuk Muhammad karena derajat Ibrahim adalah khalil (kekasih) yang identik dengan ridha dan pasrah sedangkan situasinya tidak sesuai dengan derajat khalil, berbeda dengan Musa yang derajatnya kalim (yang diajak bicara) yang identik dengan memberi idlal (petunjuk) dan inbisath (kejembaran)
Ketiga, Imam Suhaili berkata dalam kitab al-Mawahib al-Laduniyah, Musa pernah melihat sifat umat Muhammad di alwah kemudian berdoa, mudah-mudah mereka menjadi umatku. Namun dikatakan bahwa itu umat Muhammad. Oleh karena itu perhatian dan belas kasih Musa kepada umat ini seperti pada umatnya sendiri.
Keempat, dalam kitab Al-Sirah al-Nabawiyah disebutkan nabi Musa pernah meminta Allah menampakkan wujud-Nya. Akan tetapi Allah menolaknya sampai pada masa yang jauh. Penuh adab beliau meminta karena ia tahu tidak kuasa melihat Tuhannya. Dan demikianlah jawaban Allah, Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. (Qs. Al-A'raf : 143)
Namun pada malam isra' mi'raj baru bisa melihat Allah Swt. Tuhan semesta alam ini nampak pada diri Muhammad yang telah bermuwajjahah dengan-Nya. Musa melihat dan menikmati Jamal Rabbani (keindahan Allah)) dalam Surah Muhammadiyah (Wujud Muhammad)
Pertemuan Musa as dengan Muhammad Saw menjadi satu moment yang selalu menjadi pusat perhatian dalam sejarah isra' mi'raj. Pasalnya, dari pertemuan dua manusia mulia ini umat Islam mendapat dispensasi yang luar biasa ; dari kewajiban shalat lima puluh kali menjadi lima kali dalam sehari.
Saat melakukan perjalanan mi'raj Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa dua kali. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa kitab klasik -Salah satunya Fathul Rabbani Li Tartib Musnad al-Ahmad bin Hanbal- bahwa nabi Muhammad berjumpa dengan nabi Musa as di langit ke enam. Layaknya para nabi di langit sebelumnya, terlebih dahulu Musa memberi salam kepada Kanjeng Nabi. Hanya saja setelah lewat, putra Maryam menangis. Dikatakan padanya : "Mengapa kamu menangis?" Ia berkata : "Aku menangis karena laki-laki (Muhammad) yang diutus setelahku akan tetapi umatnya lebih banyak yang masuk surga dari pada umatku."
Pertemuan kedua terjadi setelah Kanjeng Nabi naik ke Sidratul Muntaha dan menerima perintah shalat. Beliau turun bertemu dengan Musa lagi.
"Dengan apa kamu diwajibkan?" Tanya Musa.
"Aku diperintah lima puluh kali shalat dalam sehari."
"Sungguh umatmu tidak akan kuat melakukan shalat lima puluh waktu. Aku telah memberi khabar umat sebelummu, dan sudah berusaha menggerakkan Bani Israil. Kembalilah kepada Tuhanmu. Mintalah keringanan!"
Nabi Muhammad kembali kepada Allah, meminta keringanan. Maka Dia Swt mengurangi sepuluh shalat, menjadi empat puluh. Akan tetapi Musa berkomentar dengan ucapan yang sama. Berulang kali putra Abdullah kembali kepada Allah untuk meminta keringanan sampai jumlah kewajiban shalat menjadi lima. Kendati sudah sangat sedikit, Musa tetap meminta keringanan, kanjeng nabi pun merasa malu kepada Allah.
"Aku telah meminta keringanan kepada-Nya sampai aku merasa malu. Aku sudah ridha dan pasrah."
Bila dicermati, ada rahasia besar dibalik kisah Muhammad Saw dengan Musa as di atas, kenapa nabi Musa tidak pasrah dengan perintah shalat lima puluh waktu? Padahal Yang memerintahkan adalah Allah yang mengetahui segala sesuatu. Ada beberapa alasan yang mendasari protes dari nabi Musa ini :
Pertama, Imam al-Khatabi berkata (sebagaimana dikutip dalam kitab Mirqat al-Mafatih) : Berulang kali kembali pada Allah dalam masalah perintah shalat ini jaiz (boleh) bagi Nabi Muhammad dan Musa karena mereka tahu bahwa perintah pertama bukanlah kewajiban yang sudah pasti, karena kewajiban yang sudah pasti tidak akan dapat dimintai keringanan. Pendapat ini juga dituturkan imam Al-Thayibi dan diikuti Ibnu Malik.
Pengarang, Syekh Ali bin Sultan Muhammad al-Qari berkata : "Perkara yang tidak waji tidak bisa dimintai keringanan secara pasti. Maka, yang shahih adalah Allah memberi kewajiban lima puluh kali kemudian dia memberi rahmat (belas kasih kepada hamba-Nya) dan menaskh (menyalin) dengan lima kali. Hal seperti ini juga terjadi dalam ayat radha' (menyusui) dan masalah iddah wanita yang suaminya meninggal. Hal ini bisa menjadi dalil diperbolehkannya menaskh sesuatu yang belum terjadi sebagaimana pendapat kebanyakan ulama.
Kedua, Ibnu Abi jamaah berkata dalam syarah al-Bukhari : Nabi Ibrahim tidak meminta keringanan untuk Muhammad karena derajat Ibrahim adalah khalil (kekasih) yang identik dengan ridha dan pasrah sedangkan situasinya tidak sesuai dengan derajat khalil, berbeda dengan Musa yang derajatnya kalim (yang diajak bicara) yang identik dengan memberi idlal (petunjuk) dan inbisath (kejembaran)
Ketiga, Imam Suhaili berkata dalam kitab al-Mawahib al-Laduniyah, Musa pernah melihat sifat umat Muhammad di alwah kemudian berdoa, mudah-mudah mereka menjadi umatku. Namun dikatakan bahwa itu umat Muhammad. Oleh karena itu perhatian dan belas kasih Musa kepada umat ini seperti pada umatnya sendiri.
Keempat, dalam kitab Al-Sirah al-Nabawiyah disebutkan nabi Musa pernah meminta Allah menampakkan wujud-Nya. Akan tetapi Allah menolaknya sampai pada masa yang jauh. Penuh adab beliau meminta karena ia tahu tidak kuasa melihat Tuhannya. Dan demikianlah jawaban Allah, Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. (Qs. Al-A'raf : 143)
Namun pada malam isra' mi'raj baru bisa melihat Allah Swt. Tuhan semesta alam ini nampak pada diri Muhammad yang telah bermuwajjahah dengan-Nya. Musa melihat dan menikmati Jamal Rabbani (keindahan Allah)) dalam Surah Muhammadiyah (Wujud Muhammad)
Post a Comment for "Rahasia Besar Dibalik Pertemuan Musa dan Muhammad - Isra' Mi'raj"
Silahkan berikan komentar dengan baik dan sopan