Penjelasan Nafsu Manusia dalam Alquran
فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوَى وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Artinya : Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (QS. Al naazi’aat:37-41)Ilustrasi pixabay.com |
Dalam diri manusia terdapat nafsu yang menentukan beruntung dan celaka dirinya. Orang yang kalah dan dikuasai nafsu akan celaka dan binasa, sedangkan orang yang mampu mengalahkan dan menaklukannya akan menjadi orang yang beruntung. Ulama mengidentifikasi sifat nafsu ini menjadi tiga : ammarah bi al suu', lawwamah dan mutmainnah. Ketika nafsu mengajak dan condong kepada kejelekan maka saat itu dia memiliki sifat al ammarah bi al suu', ketika dia melakukannya maka dia memiliki sifat al lawwamah, namun saat dia mulai mencela perbuatan buruk yang dia lakukan dan menyesalinya maka sifat nafsu tersebut menjadi al muthmainnah. Demikianlah gambaran mudah ulama mengenai tiga sifat nafsu yang ada dalam diri manusia.
Dalam menuruti masing-masing dari tiga sifat nafsu di atas terdapat kebahagiaan bagi seseorang. Orang yang menuruti nafsu ammarah bi al suu' bisa merasakan bahagia, orang yang menuruti nasfu lawwamah bisa merasakan bahagia, begitu juga yang menuruti nafsu mutmainnah bisa merasakan kebahagiaan. Namun, kebanyakan masyarakat mempunyai perspektif bahwa kesenangan diri hanya di dapat saat menuruti nafsu amarah bi al suu' dan nafsu lawwamah. Mereka beranggapan bahwa kepuasaan hati bisa di gapai hanya dengan bersenang-senang ; menonton tv, mendengarkan musik, ke restoran, ke pantai dan hiburan-hiburan lainnya. Banyak yang beranggapan bahwa ketenangan hati hanya bisa diwujudkan dengan uang, jabatan dan pangkat.
Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah dengan memiliki nafsu mutmainnah. Sehingga, ketika di sebuah masjid agung terdapat pengajian dan di alon-alon depannya diselenggarakan orkes, masyarakat memilih berbondong-bondong mendatangi masjid. Orang-orang berada di pengajian selama berjam-jam dan orang-orang melakukan wirid ribuan kali adalah contoh orang yang bahagia dengan nafsu mutmainnah. Mereka benar-benar bahagia ketika sudah bisa dekat dengan Allah Swt. Inilah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang memunculkan kebahagiaan lain. Bukan kebahagiaan yang endingnya kesengsaraan.
Ketidaktahuan itulah yang membuat banyak yang terjerumus dalam nafsu ammarah bi al suu'. Seandainya mereka sudah merasakan kebagiaan nafsu mutmainnah maka akan merasa nyaman saat berada dalam kebaikan. Terlebih saat kebaikan-kebaikan mereka diterima oleh Allah Swt. Tiada kebahagian di dunia ini yang menandingi amal yang diterima oleh Allah Swt. Sebagian ahli makrifat berkata : Demi Allah, seandainya aku memiliki satu amal yang wushul kepada Allah, maka lebih baik aku mati dari pada tidak datang karena mendahulukan keluarga.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّة
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. (QS. Al fajr : 27:28)Orang yang memiliki nafsu mutmainnah akan merasa nyaman dan tentram saat melakukan perintah Allah Swt. Hatinya akan tenang dan tentram, bahkan rindu ingin berjumpa dengan Allah Swt. Orang-orang yang seperti inilah yang mendapat kebahagiaan sejati, bukan kebahagiaan palsu. Mereka telah mampu membawa nafsunya pada sifat mutmainnah. Merekalah orang yang mendapat rahmat dari Allah Swt.
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِيْ إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوْءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّيْ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Yusuf: 53)
Post a Comment for "Penjelasan Nafsu Manusia dalam Alquran"
Silahkan berikan komentar dengan baik dan sopan