Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bolehkah Mengajar atau Diajar Perempuan?

Para Musuh Islam menuduh dosanya mengajar perempuan. Nistanya, Orang-orang bodoh mengikuti tuduhan mereka. Mereka mengatakan mengajar perempuan merupakan perbuatan dosa dan memvonisnya sebagai kebathilan. Mereka menisbatkan hal yang tidak termasuk agama sebagai point agama. Mereka menganggap bahwa agama menghalangi antara perempuan dan ilmu, tidak memberi mereka bagian dari ilmu agama dan dunia. Mereka juga mengharamkan perempuan membaca dan menulis.
Bolehkah Mengajar atau Diajar Perempuan?

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Artinya : Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.(QS. Al Baqarah : 9)

Bagaimana pandangan musuh kita yang ingkar dan teman kita yang ekstrim mengenai ucapan para istri sahabat, "Wahai Rasulullah, para lelaki belajar hadismu, maka senggangkanlah waktu sehari untuk kami datang kepadamu, sehingga engkau bisa mengajari kami ilmu yang diajarkan Allah." Nabi Saw. berkata, “Berkumpulah pada hari demikian di tempat demikian.” Maka mereka berkumpul. Rasulullah Saw. pun datang dan mengajari mereka ilmu yang diajarkan Allah Swt.

Nabi Saw. juga menganjurkan para lelaki agar mengajari perempuan mereka baik yang merdeka maupun budak. Beliau bersabda :

ثَلاَثَةٌ لَهُمْ أَجْرَانِ: رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ، آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَآمَنَ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالعَبْدُ المَمْلُوكُ إِذَا أَدَّى حَقَّ اللَّهِ وَحَقَّ مَوَالِيهِ، وَرَجُلٌ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيبَهَا، وَعَلَّمَهَا فَأَحْسَنَ تَعْلِيمَهَا، ثُمَّ أَعْتَقَهَا فَتَزَوَّجَهَا فَلَهُ أَجْرَانِ
Artinya : Tiga golongan akan mendapat dua pahala : laki-laki dari ahli kitab yang beriman kepada nabinya dan beriman kepada Nabi Muhammad Saw., budak yang memenuhi hak Allah dan majikannya, dan laki-laki yang memiliki budak perempuan, dia mendidiknya dengan bagus, mengajarinya dengan bagus kemudian memerdekakannya, lalu menikahinya, maka baginya dua pahala.

Beberapa ummul mukmin juga membaca, menulis, meriwayatkan syi'ir dan sejarah, menghafal Alquran dan hadis. Bahkan diantara mereka menjadi referensi para pembesar sahabat dalam ilmu syariat yang tidak disaksikan dari Nabi Saw. oleh selain ummu mukminin, seperti urusan rumah tangga perlakuan beliau terhadap keluarga dan istri, dan perkara yang hanya dikhususkan pada perempuan seperti thaharah, shalatnya perempuan, haidh, nifas, mengandung, menyusui dan lainnya.

Siti Aisyah al-shiddiqah ra. telah meriwayatkan 2210 hadis dan mengekploitasi  hukum dari dalil-dalilnya. Dia bisa menolak orang yang lebih tua umurnya dan lebih dulu menemani dan ikut Rasulullah. Pendapatnya mengenai hukum menangisi orang mati, menghafal syi'ir, sa'i antara Shafa dan Marwah dan umrah di bulan Ramadhan berbeda dengan pendapat Umar bin Khattab, Abdullah bin Umar, Urwah bin Zubair, radiyaallahu 'anhum. Selain ini juga masih banyak perbedaan antara Siti Aisyah dengan sahabat lain.

Hafsah ra. adalah perempuan yang baik bacaan dan tulisannya. Dia telah meletakkan mushaf di sisinya saat ayahnya meninggal, karena dia bisa menghafalnya dengan baik. Dia terus menjaganya sampai bisa menyerahkannya kepada Utsman ra. Hafsah adalah murid Ummu Abdurrahman, yakni Syafa' binti Abdullah, sosok perempuan yang Nabi bersabda kepadanya :
اَلَا تُعَلِّمِيْنَ هَذِهِ رُقْيَةِ النَّمْلَةِ كَمَا عَلَّمْتِيْهَا الْكِتَابَةَ
Artinya : Apakah kamu tidak mengajarinya ruqyah penyakit semut sebagaimana kamu mengajarkannya menulis?

Para istri sahabat Muhajirin, Anshar dan tabiin juga memiliki posisi tinggi yang tidak bisa diingkari dalam masalah keilmuan. Betapa banyak ulama terkemuka yang mengambil ilmu dari para perempuan yang mulia tersebut dalam lingkup sebuah halaqah yang dijaga hijab.

Kurang lebih tujuh ratus perempuan mengambil hadis dari Rasulullah Saw. Banyak sahabat dan ulama besar yang menjadi murid mereka. Hafiz Ibnu 'Asakir meriwayatkan hadis dari delapan puluh perempuan yang ada di Syam dan Iraq saja.

Orang yang mengetahui peradaban arab dan sejarah Islam akan menemukan para wanita yang populer keilmuan, keutamaan, syi'ir, pengajaran dan riwayatnya. Mereka banyak sekali sehingga tidak bisa dihitung, tersebar  di Mesir, Syam, Iraq, Yaman, Maroko, Andalusia dan negara Islam lainnya. Sehingga Syauqi rahimahullah berkata :

هَذَا رَسُوْلُ اللهِ لَمْ * يُنْقِصْ حُقُوْقَ الْمُؤْمِنَاتِ
الْعِلْمُ كَانَ شَرِيْعَةً * لِنِسَائِهِ الْمُتَفَقِّهَاتِ
رُضْنَ التِّجَارَةَ وَالسِّيَاسَ * ةَ وَالشُّؤُوْنَ الْأُخْرَيَاتِ
وَلَقَدْ عَلَتْ بِبَنَاتِهِ * لُجَجُ الْعُلُوْمِ الزَّاخِرَاتِ
كَانَتْ سُكَيْنَةُ تَمْلأُ الدُّ * نْيَا وَتَهْزَأُ بِالرُّوَاةِ
رَوَتِ الْحَدِيْثَ وَفَسَّرَتْ * آيَ الْكِتَابِ الْبَيِّناتِ
وَحَضَارَةُ الْإِسْلَامِ تَنْ * طِقُ عَنْ مَكَانِ الْمُسْلِمَاتِ
بَغْدَادُ دَارُ الْعَالِمَا * تِ وَمَنْزِلُ الْمُتَأَدِّبَاتِ
وَدِمِشْقُ تَحْتَ أُمَيَّةٍ * أُمُّ الْجَوَارِي الْنَابِغَاتِ
وَرِيَاضُ أَنْدَلُسٍ نَمَيْنَ * الْهَاتِفَاتِ الشَّاعِرَاتِ
Ini adalah Utusan Allah yang  tak pernah mengurangi hak-hak perempuan yang beriman
Ilmu menjadi syariat istri-istri beliau yang ahli fiqih
Mereka berusaha dengan menjadi pedagang, ahli hukum, aktivis politik, dan profesi lainnya
Berkat putri-putri Nabi gelombang ilmu menjulang ke puncak langit
Dialah sukainah yang memenuhi dunia dan meriwayatkan hadis
Dia meriwayatkan hadis dan menafsirkan ayat Alquran 
Sejarah peradaban islam telah berbicara mengenai kedudukan wanitah muslimah
Baghdad adalah rumah perempuan-perempuan cerdas dan padepokan perempuan-perempuan beretika
Damaskus dibawa pemerintahan bani umayah menjadi ibunya para cendekiawati
Taman-taman Andalusia memunculkan perempuan yang pandai mengarang syair

Ketika perempuan belajar maka yang patut baginya adalah belajar agama, hukum-hukumnya, mengatur rumah, dasar-dasar pendidikan anak dan perkara yang dibutuhkan untuk keabsahan badan, ibadah dan muamalah.

Perempuan yang membantu keseharian suami, membersihkan rumah, menyiapkan tempat tidur dan merapikan perabot itu lebih baik dari pada perempuan yang membaca surat kabar, menulis makalah, menuntut  hak pilih dan berkumpul dengan para lelaki di forum senat(kbbi : dewan perwakilan rakyat yang tertinggi seperti di Amerika Serikat, Prancis.  dewan pengajar di perguruan tinggi. organisasi mahasiswa tingkat fakultas) dan dewan perwakilan. Demi Allah, perempuan tidaklah sepatutnya dengan hal-hal di atas.
Kami tidak mengharapkan dari mengajari perempuan kecuali dia bisa menjadi anggota yang melakukan apa yang dia mampu, terpercaya terhadap apa yang dikerjakan, baik kepada suami dan ibu, dan mengerti hal yang dituntut saat mengandung, melahirkan, menyusui, mendidik anak, mengobati, dan bisa mengatur dalam hal baiknya pakaian, normalnya perasa dan sucinya jiwa. Bukan perempuan yang Afifah yang naif dan bukan perempuan pelajar yang mengkhawatirkan.

Perempuan harus berhati-hati membaca sesuatu yang membahayakan akidah dan pekerti seperti kisah seribu satu malam, kumpulan cerita Abu Nuwas dan Muslim bin Walid, dan buku-buku dongeng, biografi palsu, legenda kuno dari Tasm dan Judais, Uj bin Unuq, Datil 'Imad, dan cerita yang tidak berdasar tentang jin, ifrit dan hantu yang menakutkan. Dan cerita-cerita yang ada di film yang jelek dan koran yang laknat mengenai orang-orang yang berbuat dosa. Dan petualangan orang-orang yang buruk dalam mengejar cinta dan kisah pencurian, dan dari contoh-contoh negative yang merendahkan Fadilah dan agama.
Wahai perempuan yang belajar, tidak sepatutnya kamu menjadi bencana bagi umat dan negara, dan memerangi fadhilahnya dengan bersolek, berlebihan dalam berdandan dan berpidato. Dan sebuah cela bagi kita saat kita mengatakan "Sesungguhnya ilmu itu lebih membahayakan bagi pemuda dan pemudi dari pada bodoh. Karena orang yang menutup aibnya dengan kebodohan lebih baik dari pada orang alim yang berbuat kerusakan dan mendakwahkan sesuatu yang tidak hak, yang mencela akhlak keluarganya dan mengikuti sifat rendah orang yang durhaka dan fasik. Tidak mempunyai rasa malu kepada Allah. Dia tidak memberi berkah pada madrasah tempatnya belajar dan ustadnya. “

Perempuan yang belajar di pesantren, universitas, perpustakaan dan madrasah awaliyah yang berangkat dan pulang antara rumah dan madrasah dengan baju tipis, pakaian yang seakan telanjang, perhiasan yang dibenci dan gerakan setan maka demi Allah, mereka merupakan keburukan yang menakutkan bagi diri dan keluarganya. Tanpa disadari dia telah memerangi ilmu dan akhlak yang mulia.
Begitu juga saat terjadi ikhtilath pada waktu belajar dan adanya hubungan atau gesekan yang menyebabkan mereka saling bercumbu rayu dan berdekatan. Fenomena ini merupakan faktor mereka celaka dan tersiksa.

Wahai perempuan yang mulia, ketika kamu menjadi seorang pengajar, maka buatlah perumpamaan luhur mengenai keistiqamahanmu kepada mereka, pilihlah bidang studi yang paling bermanfaat, dan metode yang paling utama dalam mendidik dan mengajar, janganlah menghadapkan mereka pada gurauan, jangan terlalu banyak tertawa bersama mereka, jangan menasehati dengan apa yang tidak kamu lakukan, jangan mudah membiarkan mereka mengeraskan suara melebihi kebutuhan, atau membaca sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak dikuasainya.
Mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada Hafiz Ibrahim, sekiranya ia berkata :

مَن    لي    بِتَربِيَةِ    النِساءِ   فَإِنَّها * في   الشَرقِ   عِلَّةُ  ذَلِكَ  الإِخفاقِ
الأُمُّ     مَدرَسَةٌ     إِذا     أَعدَدتَها * أَعدَدتَ    شَعباً   طَيِّبَ   الأَعراقِ
الأُمُّ    رَوضٌ    إِن   تَعَهَّدَهُ   الحَيا * بِالرِيِّ      أَورَقَ     أَيَّما     إيراقِ
الأُمُّ     أُستاذُ    الأَساتِذَةِ    الأُلى * شَغَلَت    مَآثِرُهُم    مَدى   الآفاقِ
Bagaimana bisa aku tidak mendidik para perempuan, padahal mereka adalah sebab berkibarnya kemuliaan
Ibu adalah madrasah. Ketika kamu mempersiapkannya, maka kamu telah mempersiapkan sebuah cabang yang baik pangkalnya.
Ibu adalah taman. Apabila seseorang ingin kehidupan dengan pandangan indah maka berilah daun sebanyak-banyaknya.
Ibu adalah gurunya para guru yang mulia, jasa-jasanya telah memenuhi seluruh jagat bumi.

Sampai ucapannya :

رَبُّوْا   الْبَنَاتِ   عَلَى  الْفَضِيْلَةِ  إِنَّهَا * فِي    الْمَوْقِفَيْنِ    لَهُنَّ   خَيْرُ   وَثَاقِ
وَعَلَيْكُمُ    أَنْ    تَسْتَبِيْنَ    بَنَاتَكُمْ * نُوْرَ   الْهُدَى   وَعَلَى  الْحَيَاءِ  الْبَاقِي
Didiklah anak perempuan kalian dengan pekerti yang utama, karena mereka di dua mauqif memiliki rantai yang terbaik.
Teruslah menerangkan kepada anak-anak kalian tentang cahaya petunjuk dan rasa malu. 

Diterjemahkan dari Adabul Islam fi Nidzamil Usrah (25)
Karangan Abuya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki

Post a Comment for "Bolehkah Mengajar atau Diajar Perempuan? "