Hindari 4 Hal Ini Agar Keluarga Tetap Harmonis - Adabul Islam fi Nidzamil Usrah (2)

Perhatian Islam Terhadap Urusan Keluarga
Islam telah menjamin kesejahteraan warisan, wasiat, nikah, dan talaq dengan menerangkan undang-undang dalam membina keluarga. Disertai intisari yang tersirat dalam syariatnya baik secara terperinci maupun global. Islam menerangkan semua hal di atas dengan beberapa ayat, surat, dan hadis.

Islam menerangkan penyebab keluarga menjadi idaman dan harmonis. Bagaimana membangun istana kasih sayang dalam jiwa setiap individu keluarga, sesuai dengan hak yang telah ditetapkan dalam tataran yang digariskan. Ketika garis tersebut terjaga maka keluarga Islam bisa berjalan dalam kehidupan yang nyaman nan indah. Islam mewanti-wanti agar tidak sampai merusak keluarga, menganjurkan agar bertahan, bersatu dan tidak sampai lari pada sesuatu yang membuat talinya putus. Diantaranya :

1. Talak
Talak adalah bahaya yang paling besar dalam hubungan suami-istri. Talak bisa menarik banyak musibah, memisah keluarga, menelantarkan rasa sayang dan memisahkan suami istri yang sudah Allah tanamkan mawadah dan rahmat dalam diri mereka. Talak menyeret anak-anak kepada lembah kebingungan dan menelantarkan mereka sebab kehilangan kasih sayang ayah dan belas kasih ibu. Kesenangan berganti menjadi kecelakaan, persatuan berganti perselisihan, dan keramahan berganti kemarahan.

2. Durhaka kepada orang tua
Syariat telah mencegah dan mengancam orang yang durhaka kepada orang tua. Sebaliknya, agama ini menganjurkan berbakti dan berbuat baik kepada mereka dengan dalil Alquran dan hadis. Dalam ayat-Nya, Allah menyertakan hak orang tua dengan hak-Nya.

Allah SWT.berfirman :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً

Artinya : Dan Tuhan-mu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (Qs Al-Isra 23)

Allah SWT. berfirman :

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya : Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS. Al Luqman : 14)

Rasulullah Saw. bersabda : Tiga golongan yang tidak akan dilihat Allah pada hari kiamat adalah orang yang durhaka pada orang tua, orang yang kecanduan arak, dan orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya. Sedangkan tiga orang yang tidak akan masuk surga adalah orang yang durhaka pada kedua orang tua, dayyuts(laki-laki yang membiarkan keburukan dalam keluarganya) dan rajilah(perempuan yang menyerupai laki-laki). HR. Nasa'i dengan sanad yang bagus
Imam Hakim dalam kitab Mustadraknya meriwayatkan hadis dari Rasulullah Saw. Beliau bersabda : Semua dosa diakhirkan oleh Allah-sesuai kehendak-Nya- sampai hari kiamat tiba kecuali durhaka kepada orang tua, karena sesungguhnya Allah mempercepat siksa pelakunya saat masih hidup, sebelum dia meninggal.
Hal ini menunjukkan bahwa durhaka kepada orang tua tergolong dosa besar.

3. Memutus sanak famili
Islam telah mencegah memutus sanak famili dan menakut-nakuti dengan menuturnya dalam Alquran dengan membesarkan urusannya.
Allah SWT. berfirman :

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ . أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ

Artinya: Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka. (QS Muhammad :22-23)

4. Zina
Zina merupakan perbuatan paling besar yang dapat merusak hubungan rumah tangga.

Diterjemahkan dari Adabul Islam fi Nidzamil Usrah

Karangan Abuya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki