Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Musibah Menambah Kenikmatan Nikmat


الخطبة الاولى
اَلْحَمْدُ لِلّهِ أَهْلِ الْحَمْدِ وَ الثَّنَاءِ الْمُنْفَرِدِ بِرِدَاءِ الْكِبْرِيَاءِ اَلْمُتَوَحِّدِ بِصِفَاتِ الْمَجْدِ وَ الْعَلَاءِ اَلْمُؤَيِّدِ صَفْوَۃَ الْاَوْلِيَاءِ بِقُوَّۃِ الصَّبْرِ عَلَی السَّرَّاءِ وَ الضَّرَّاءِ وَ الشُّكْرِ عَلَی الْبَلَاءِ وَ النَّعْمَاءِ وَ الصَّلَاۃُ عَلَی مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْاَنْبِيَاءِ وَ عَلَی أَصْحَابِهِ سَادَۃِ الْاَصْفِيَاءِ وَ عَلَی اَلِهِ قَادَۃِ الْبَرَرَۃِ الْاَتْقِيَاءِ صَلَاۃً مَحْرُوْسَۃً بِالدَّوَامِ عَنِ الْفَنَاءِ وَ مَصُوْنَۃً بِالتَّعَاقُبِ عَنِ التَّصَرُّمِ وَ الْاِنْقِضَاءِ اَمَّا بَعْدُ فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ الكِرَامُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ 
قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Marilah kita bersama selalu meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Swt. Marilah kita selalu berusaha menjadi pribadi yang mulia, dengan perhiasan sifat haya' dan ilmu. Iman, taqwa, haya' dan ilmu adalah empat sifat yang harus selalu kita jaga. Dengan begitu, kita menjadi pribadi yang mulia, baik dalam pandangan Allah Swt maupun dalam pandangan manusia. Baginda Nabi Saw bersabda:

اَلْاِيْمَانُ عُرْيَانٌ وَلِبَاسُهُ التَّقْوَی وَزِيْنَتُهُ الْحَيَاءُ وَثَمْرَتُهُ الْعِلْمُ

Artinya: Iman itu masih telanjang, pakaiannya adalah taqwa, perhiasannya adalah sifat malu dan buahnya adalah ilmu. HR. Ibnu'Asakir

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah

Dalam masa menjalankan taqwa dan beramal untuk akhirat tidak berarti kita dibebaskan dari bencana dan ujian, tidak menutup kemungkinan kita akan mendapatkan cobaan, bahkan, bisa jadi jauh lebih berat dari pada para ahli maksiat atau bahkan dibanding non muslim. Ujian dan cobaan terkadang menimpa orang-orang baik, namun mereka tidak akan pernah berkecil hati. Mereka mengerti benar makna dari ujian dan benar-benar mengenal Dzat yang Menurunkannya.

وَمَا اَحَبَّ الْبَلَاءَ وَ التَّلَذُّذَ بِهِ اِلَّا مَنْ عَرَفَ الْمُبْلِي

Artinya: Dan tidak suka terhadap bencana dan tidak merasa nikmat terhadapnya kecuali orang yang telah mengenal Dzat Yang memberi bencana.

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah

Dalam kesempatan kali ini, kami akan menyampaikan makna dari sebuah musibah agar kita berlapang dada dan senang menerimanya. Terkadang Allah memberikan musibah dan ujian kepada kita, bukan kepada orang-orang non muslim, bukan karena memuliakan, melainkan untuk menambah dosa dan memperpanjang siksaan mereka. Allah telah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 178:

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ ۚ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا ۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

Artinya: Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian masa tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi masa tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (QS. Ali Imran: 178)

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah

Tidak ada siksaan kecuali diakhirkan besok diakhirat. Pada hakekatnya setiap siksaan yang kita panen dari tanaman keburukan akan kita terima besok di akhirat. Namun, Allah telah berbaik hati, Dia beri musibah dan cobaan kepada kita, dengan tujuan agar siksaan kita di akhirat lebih ringan, atau bahkan terhapuskan.

Rasulullah Saw bersabda:

اِنَّ الْعَبْدَ اِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا فَأَصَابَتْهُ شِدَّۃٌ اَوْ بَلَاءٌ فِی الدُّنْيَا فَاللهُ أَكْرَمُ مِنْ أَنْ يُعَذِّبَهُ ثَانِيًا

Artinya: Sesungguhnya saat seorang hamba melakukan dosa lalu ia ditimpa bahaya atau bencana di dunia maka Allah maha mulia dari menyiksanya untuk yang kedua kalinya. HR. Al-Turmudzi

Hal ini digambarkan bahwa, ketika seseorang diuji dengan rasa sakit maka Allah ambil darinya empat hal; kekuatannya, cerah wajahnya, manis lidahnya dan dosa kesalahannya. Namun, saat orang itu sembuh maka Allah kembalikan tiga hal, dan yang tidak dikembalikan hanyalah dosanya. Dosa itu dibuang malaikat ke dasar lautan. Ini bukti sakit adalah bentuk kasih sayang Allah Swt.
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Kita harus tahu bahwa setiap musibah yang kita hadapi pasti ada musibah yang lebih besar. Di luar sana banyak orang yang mendapatkan musibah lebih besar dari pada yang kita alami. Karenanya, Kita harus selalu bersyukur kepada Allah Swt. Sayidina Umar menilai bahwa dalam setiap musibah terdapat nikmat yang patut kita syukuri.

Umar bin Khatab berkata:

مَا ابْتُلِيْتُ بِبَلَاءٍ اِلَّا كَانَ لِلّهِ تَعَالَی عَلَيَّ فِيْهِ اَرْبَعُ نِعَمٍ: اِذْ لَمْ يَكُنْ فِی دِيْنِيْ وَ اِذْ لَمْ يَكُنْ اَعْظَمَ مِنْهُ وَ اِذْ لَمْ أُحْرَمَ الرِّضَا بِهِ وَ إِذْ أَرْجُوْ الثَّوَابَ عَلَيْهِ

Artinya: Tidaklah aku diuji dengan ujian kecuali di dalamnya  Allah memberikan kepadaku empat kenikmatan; karena musibah itu tidak dalam agamaku, karena tidak lebih besar, karena tidak menghalangiku akan ridha-Nya, dan karena aku berharap ada pahala atasnya.

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah

Marilah kita renungkan Kalam hikmah  dari Sayidina  Umar. Memang benar adanya, bahwa musibah paling besar adalah saat agama kita mulai goncang atau bahkan tidak terselamatkan. Banyak umat yang keluar dari Islam hanya karena mendapat iming-iming dunia. Banyak yang tertimpa musibah lalu ia menghardik Allah, menyalahkan-Nya, sehingga masuk dalam lubang-lubang  kekufuran. Na'udzu Billah, semoga musibah agama ini tidak menemui kita.

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah

Musibah-musibah di dunia ibarat alat bantu untuk berjalan menuju akhirat. Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin mengibaratkan musibah ibarat obat, yang menjadi kenikmatan hakiki bagi orang yang sakit atau seperti larangan bermain saat kita masih kecil. Larangan ini secara hakiki menjadi kenikmatan bagi kita, karena seandainya waktu kecil kita selalu dibiarkan bermain maka pasti kita  tercegah dari ilmu, adab dan segala kesuksesan.

Kita patut merasa bersyukur saat kita sadar bahwa guru atau ayah kita yang selalu dengan sabar memukul, mendidik kita dengan keras. Karena bila tidak demikian, akan sangat mungkin kita hanya menjadi orang-orang yang rugi yang pekerjaannya hanya menghabiskan umur  tanpa ada guna dan manfaat.

Allah telah mengajarkan kita dengan musibah akan arti pentingnya bersabar, merenungkan bahwa di sana ada bencana lebih besar. Saat kita merasakan sakit dengan ujian dan cobaan kita sadar ada bencana yang luar biasa, besok saat kita mendapatkan siksaan di akhirat. Na'udzu Billah.

Jamaah sidang jumat rahimakumullah

Selama kita bisa menghadapinya dengan sabar dan syukur musibah tidak akan menghalangi kita dari ridha Allah. Musibah dan bencana telah ditulis di lauh Mahfudz dan pasti akan terjadi. Janganlah sekali-kali menjelek-jelekan taqdir Allah Swt.
Rasulullah Saw bersabda:

لَا تَتَّهِمَ اللَّهَ فِي شَيْءٍ قَضَاهُ عَلَيْكَ

Artinya: Janganlah kamu berburuk sangka terhadap sesuatu yang Allah tetapkan kepadamu. HR. Ahmad dan al-Thabrani

Imam Syaqiq al-Bulkhi pernah ditanya oleh Ibrahim bin Adham, "bagaimana menjadi orang yang mulia?" Maka ia menjawab, "Jika aku mendapatkan rezeki, maka aku infakkan di jalan Allah Ta’ala. Jika tidak, maka aku senantiasa bersyukur."

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah

Dan terakhir adalah pahala musibah itu jauh lebih besar dari pada musibah itu sendiri. Allah menyiapkan pahala untuk orang yang terkena musibah, bukan orang lain.

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ 

Artinya: sesungguhnya besarnya balasan bersamaan besarnya cobaan, dan sesungguhnya ketika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan memberinya cobaan, maka barang siapa yang ridha maka ridha Allah untuknya dan barang siapa yang benci maka kebencian Allah untuknya.
Suatu ketika Nabi Saw melihat ke langit dan beliau tersenyum. Ada seorang bertanya, lalu beliau menjawab:

عَجِبْتُ لِقَضَاءِ اللهِ تَعَالَی لِلْمُؤْ مِنِيْنَ : اِنْ قَضَی لَهُ بِالسَّرَّاءِ رَضِيَ وَ كَانَ خَيْرًا لَهُ وَاِنْ قَضَی لَهُ بِالضَّرَّاءِ رَضِيَ وَ كَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya: Aku heran dengan kepastian Allah terhadap orang-orang mukmin: apabila dia memastikan dengan kesenangan maka dia ridha dan itu lebih baik menurutnya. Dan apabila dia mematikan bahaya maka dia (mukmin) ridha dan itu lebih baik untuknya.

 أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ، الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ , وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ , أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله َلِيْ وَلَكُمْ وَلِكَافَةِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ , فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

الخطبة الثانية
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: (وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر(ِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ رَبَّنَا اغْفِرْ وََارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. للَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا قَائِمًا بِشَرِيْعَتِكَ وَحُكْمِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.اَللَّهُمّ ارْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ، وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ

Post a Comment for "Musibah Menambah Kenikmatan Nikmat"