Metode Dakwah Al-Qur'an: Membuat Perumpamaan
Perumpaan merupakan media yang sangat penting dan memiliki banyak sekali manfaat, diantaranya: Beberapa hal yang sukar difahami lebih mudah ditangkap dengan adanya perumpamaan; Ajaran-ajaran agama yang terlihat abstrak bisa tergambar; Atau bisa melukiskan bayangan-bayangan dalam fikiran tentang perkara ghaib, seperti pahala atau siksaan atau yang lainnya.
Karenanya, kita banyak menjumpai dalam Alquran, di antara saat Allah berbicara tentang orang-orang yang suka mengumpulkan harta, Dia membuat perumpamaan yang sangat menusuk dada; para pemburu dunia diibaratkan seekor nyamuk, saat mereka kenyang ajal akan menghampirinya. (Lihat: Surat Al-Baqarah ayat 26)
Atau bahkan, Allah membuat perumpamaan dengan yang lebih rendah, seperti perumpaan anjing bagi orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya (lihat: surat Al-A'raf ayat 176) atau seperti Khimar bagi orang yang diberikan Taurat namun tidak mempercayai Baginda Nabi Saw. (lihat: Surat Al-Jumuah ayat 5)
Kemudian perihal pahala yang sangat sukar difahami oleh umat Islam, Allah memberikan satu perumpaan pahala orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, pahala yang mereka dapatkan seperti sebutir benih yang menumbuhnya tangkai yang banyak lalu berbuah, atau muncul benih yang sangat banyak dari tangkai tersebut (lihat: surat Al-Baqarah ayat 261).
Dalam beberapa hadis juga banyak sekali perumpaan yang dipakai Nabi Saw untuk menjelaskan syariat kepada sahabat, seperti saat menerangkan perbedaan orang kikir dan yang menginfakkan hartanya. Nabi Saw bersabda:
Artinya: Perumpamaan orang yang kikir dan yang berinfak seperti dua orang yang memiliki jubah dari besi yang dipakai menutupi dada sampai selangkanya: Orang yang berinfak, maka infaknya membuat bajunya lapang dan longgar di kulitnya, sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya, sedangkan orang yang kikir, maka kikir membuat setiap lingkar baju besinya merekat di kulitnya, ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari)
Dalam lain kesempatan Nabi Saw juga memberi perumpaan sifat-sifat seorang ulama atau da'i:
Artinya: Perumpamaan orang yang mengajar manusia dan melupakan dirinya adalah seperti lampu atau lilin yang menerangi manusia dan membakar dirinya. Hr. Al-Tabrani
Nabi mengibaratkan ulama yang mengajak manusia pada kebaikan dan tidak memperingatkan dirinya sendiri-dia memberi manfaat kepada manusia namun tidak bermanfaat untuk diri sendiri- seperti lampu atau lilin yang menerangi manusia namun membakar diri.
Dari perumpamaan Rasulullah ini, bisa fahami bahwa da'i atau ulama terbagi menjadi tiga:
1. Ulama yang mengajak kebaikan kepada manusia dan menyelamatkan diri sendiri, seperti orang yang suka mengajak kepada Allah dan menjauhi dunia baik lahir dan batin.
2. Ulama yang merusak diri dan orang lain seperti ulama yang suka dunia dan mengajak orang lain.
3. Ulama yang menyelamatkan manusia dan merusak diri sendiri seperti orang yang mengajak akhirat dan lepas dari dunia, namun ia tidak mengamalkan ilmunya.
Karenanya, kita banyak menjumpai dalam Alquran, di antara saat Allah berbicara tentang orang-orang yang suka mengumpulkan harta, Dia membuat perumpamaan yang sangat menusuk dada; para pemburu dunia diibaratkan seekor nyamuk, saat mereka kenyang ajal akan menghampirinya. (Lihat: Surat Al-Baqarah ayat 26)
Atau bahkan, Allah membuat perumpamaan dengan yang lebih rendah, seperti perumpaan anjing bagi orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya (lihat: surat Al-A'raf ayat 176) atau seperti Khimar bagi orang yang diberikan Taurat namun tidak mempercayai Baginda Nabi Saw. (lihat: Surat Al-Jumuah ayat 5)
Kemudian perihal pahala yang sangat sukar difahami oleh umat Islam, Allah memberikan satu perumpaan pahala orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, pahala yang mereka dapatkan seperti sebutir benih yang menumbuhnya tangkai yang banyak lalu berbuah, atau muncul benih yang sangat banyak dari tangkai tersebut (lihat: surat Al-Baqarah ayat 261).
Dalam beberapa hadis juga banyak sekali perumpaan yang dipakai Nabi Saw untuk menjelaskan syariat kepada sahabat, seperti saat menerangkan perbedaan orang kikir dan yang menginfakkan hartanya. Nabi Saw bersabda:
مَثَلُ الْبَخِيلِ وَالْمُنْفِقِ كَمَثَلِ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا جُبَّتَانِ مِنْ حَدِيدٍ مِنْ ثُدِيِّهِمَا إِلَى تَرَاقِيهِمَا فَأَمَّا الْمُنْفِقُ فَلا يُنْفِقُ إِلا سَبَغَتْ أَوْ وَفَرَتْ عَلَى جِلْدِهِ حَتَّى تُخْفِيَ بَنَانَهُ وَتَعْفُوَ أَثَرَهُ وَأَمَّا الْبَخِيلُ فلا يُرِيدُ أَنْ يُنْفِقَ شَيْئًا إِلا لَزِقَتْ كُلُّ حَلْقَةٍ مَكَانَهَا فَهُوَ يُوَسِّعُهَا ولا تَتَّسِعُ
Artinya: Perumpamaan orang yang kikir dan yang berinfak seperti dua orang yang memiliki jubah dari besi yang dipakai menutupi dada sampai selangkanya: Orang yang berinfak, maka infaknya membuat bajunya lapang dan longgar di kulitnya, sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya, sedangkan orang yang kikir, maka kikir membuat setiap lingkar baju besinya merekat di kulitnya, ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari)
Dalam lain kesempatan Nabi Saw juga memberi perumpaan sifat-sifat seorang ulama atau da'i:
مَثَلُ الَّذِيْ يُعَلِّمُ النَّاسَ وَ يُنْسِي نَفْسَهُ كَمَثَلِ السِّرَاجِ يُضِيْءُ النَّاسَ وَ يُخْرِقُ نَفْسَهُ
Artinya: Perumpamaan orang yang mengajar manusia dan melupakan dirinya adalah seperti lampu atau lilin yang menerangi manusia dan membakar dirinya. Hr. Al-Tabrani
Nabi mengibaratkan ulama yang mengajak manusia pada kebaikan dan tidak memperingatkan dirinya sendiri-dia memberi manfaat kepada manusia namun tidak bermanfaat untuk diri sendiri- seperti lampu atau lilin yang menerangi manusia namun membakar diri.
Dari perumpamaan Rasulullah ini, bisa fahami bahwa da'i atau ulama terbagi menjadi tiga:
1. Ulama yang mengajak kebaikan kepada manusia dan menyelamatkan diri sendiri, seperti orang yang suka mengajak kepada Allah dan menjauhi dunia baik lahir dan batin.
2. Ulama yang merusak diri dan orang lain seperti ulama yang suka dunia dan mengajak orang lain.
3. Ulama yang menyelamatkan manusia dan merusak diri sendiri seperti orang yang mengajak akhirat dan lepas dari dunia, namun ia tidak mengamalkan ilmunya.
Post a Comment for "Metode Dakwah Al-Qur'an: Membuat Perumpamaan"
Silahkan berikan komentar dengan baik dan sopan