Akibat Durhaka Kepada Orang Tua - Adab al-Islam fi Nidzamil Usrah (10)
1. Dari Abdullah bin Umar ra. Ia berkata: "Rasulullah Saw. bersabda,
الْكَبَائِرُ الْاِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَالْيَمِيْنُ الْغَمُوْسُ
Artinya : Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh nyawa dan sumpah palsu. HR. Bukhari2. Dari Abdullah bin Umar ra. Ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda : Di antara dosa besar adalah seseorang mencaci ibunya. Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ada orang yang berani mencaci ibunya?" Rasulullah bersabda : "Dia mencaci ayah orang lain maka orang tersebut berbalas mencaci ayahnya, dan dia mencaci ibu orang lain maka orang tersebut berbalas mencaci Ibunya." HR. Bukhari- Muslim.
3. Dari ibnu Abbas ra. Ia berkata : Rasulullah bersabda : "Barang siapa yang taat kepada Allah dalam kedua orang tuanya maka dua pintu surga terbuka untuknya. Apabila hanya berbakti kepada satu orang tua maka terbukalah satu pintu. Dan barang siapa yang durhaka kepada Allah dalam kedua orang tuanya maka dua pintu neraka terbuka untuknya. Apabila durhaka kepada satu orang tua maka terbuka satu pintu. Seseorang berkata, "Meskipun kedua orang tuanya zalim?" Beliau berkata, "Meskipun kedua orang tuanya mezaliminya, meskipun kedua orang tuanya mezaliminya, meskipun kedua orang tuanya mezaliminya." HR. Al-Baihaqi
4. Dari Abu Bakrah ra. Ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda :
كُلُّ الذُّنُوْبِ يَغْفِرُ اللهُ مِنْهَا مَا شَاءَ اِلَّا عُقُوْقَ الْوَالِدَيْنِ فَاِنَّهُ يُعَجَّلُ لِصَاحِبِهِ فِی الْحَيَاۃِ قَبْلَ الْمَمَات
Artinya : Semua dosa akan diampuni oleh Allah selagi dikehendaki-Nya kecuali durhaka kepada kedua orang tua, karena siksaannya akan disegerakan bagi pelakunya saat masih hidup, sebelum meninggal. HR. Al-Baihaqi.5. Seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw. Ia berkata, "Sesungguhnya ayahku membutuhkan hartaku." Nabi berkata, "Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu."
Nabi Saw. bersabda :
اِنَّ اَوْلَادَكُمْ مِنْ أَطْيَبِ كَسْبِكُمْ فَكُلُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ
Artinya : Sesungguhnya anak-anak kalian adalah sebaik-baik usaha kalian, maka makanlah dari harta mereka. HR. Ibnu Majah.
6. Dari Abdullah bin Aufa ra. Ia berkata :
Aku bersama Rasulullah Saw. Lalu datang seseorang, dia berkata, "Ada seorang pemuda akan merelakan dirinya meninggal. Lalu ada yang berkata kepadanya, "Ucapkanlah laa ilaaha illa allah" akan tetapi dia tidak bisa mengucapkannya." Rasulullah Saw. berkata, "Apakah dia shalat?" Dia menjawab, "Iya." Lalu Rasulullah bangkit, kami pun ikut bangkit. Beliau masuk menemui pemuda tersebut. Beliau berkata, "Ucapkanlah laa ilaaha illah". Pemuda itu berkata, "Aku tidak bisa mengucapkannya" Beliau berkata, "Sebab apa?" Ada yang berkata, "Dia adalah orang yang durhaka kepada kedua orang tua."
Lantas Rasulullah Saw. berkata, "Apakah ibunya masih hidup?" Mereka berkata, "Iya." Beliau berkata, "Panggilkan dia." Orang-orang memanggilnya. Dia pun datang. Rasulullah berkata, "Apakah dia anakmu?" Ibu menjawab, "Iya." Nabi Saw. berkata padanya, "Bagaimana menurutmu seandainya aku menyalakan api yang besar, Lalu ada yang mengatakan kepadamu, apabila kamu menolongnya maka kami akan membiarkannya dan apabila kamu tidak menolong maka kami akan membakarnya dengan api ini. Apakah kamu akan menolong?" Wanita itu berkata, "Wahai Rasulullah, aku akan menolongnya." Rasulullah berkata, "Maka bersaksilah kepada Allah dan kepadaku bahwa dirimu telah meridhainya." Wanita berkata, "Wahai Allah, aku bersaksi kepada-Mu dan rasul-Mu bahwa aku telah ridha kepada anakku." Lalu Rasulullah berkata kepada pemuda, "Hai pemuda, ucapkanlah laa ilaaha illa allah wahdahu laa syariika lah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasuluh." maka dia bisa mengucapkannya. Lalu Rasulullah berkata, "Segala puji bagi Allah yang menyelamatkannya dari neraka." HR. Al-Thabrani
Dalam kitab Al-Zawajir, Ibnu Hajar ra. berkata, "Kisah ini diriwayatkan lebih panjang dari pada kisah di atas. Kisahnya adalah :
Pemuda tersebut bernama 'Alqamah. Dia seorang yang banyak melakukan taat, shalat, puasa dan sedekah. Suatu ketika dia sakit. Sakitnya semakin bertambah. Lalu istrinya datang kepada Rasulullah Saw."Sesungguhnya suamiku dalam keadaan sekarat. Aku ingin engkau melihat kondisinya." Lalu beliau mengutus Amar, Bilal dan Shuhaib, "Datanglah kepadanya dan tuntunlah syahadat!"
Mereka datang kepada 'Alqamah. Didapatinya 'Alqamah dalam keadaan sekarat. Segera mereka menuntunkan kalimat laa ilaaha illa allah akan tetapi lisannya tidak bisa mengucapkannya. Mereka pun datang kepada Rasulullah, menceritakan kondisinya.
Rasulullah Saw. berkata, "Apakah salah satu orang tuanya masih hidup?" Ada yang menjawab, "Wahai Rasulullah, dia memiliki ibu yang sudah tua." Maka Rasulullah mengirim utusan kepadanya, "Apabila kamu tidak bisa berjalan kepada Rasulullah, maka tunggulah, beliau akan mendatangimu." Maka Rasulullah datang kepadanya dan menceritakan keadaan 'Alqamah. Ibu tersebut berkata, "Nyawa ini adalah tebusan untuk nyawanya. Akulah yang berhak mendatanginya." Lalu dia mengambil tongkat dan berdiri dengannya. Dia datang kepada Rasulullah Saw. Dia mengucapkan salam, dan rasul menjawabnya. Beliau berkata, "Hai ibu 'Alqamah, jujurlah kepadaku, apabila kamu berbohong maka akan turun wahyu dari Allah Swt. Bagaimana tingkah laku anakmu, 'Alqamah?" Dia menjawab, "Wahai Rasulullah, dia pemuda yang banyak shalat, puasa, dan sedekah." Rasulullah Saw. berkata, "Maka bagaimana dengan dirimu?" Dia menjawab, "Wahai Rasulullah, aku marah kepadanya." Beliau berkata, "Sebab apa?" Dia menjawab, "Wahai Rasulullah, dia lebih mementingkan istrinya, dan mendurhakaiku."
Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya kemarahan ibu 'Alqamah yang menghalangi lisannya mengucapkan syahadat." Lanjut beliau, "Hai Bilal, pergilah, kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya." Ibunya berkata, "Apa yang akan engkau lakukan, wahai Rasulullah?" Beliau berkata, "Aku akan membakarnya." Dia berkata, "Wahai Rasul, dia adalah anakku. Hatiku tidak akan bertahan melihat engkau membakarnya." Beliau berkata, "Hai ibu 'Alqamah, siksa Allah jauh lebih berat dan kekal. Apabila kamu ingin Allah mengampuninya maka ridhailah dia. Demi Dzat yang nyawaku ada di genggamanny, tidak bermanfaat shalat 'Alqamah, tidak puasanya, dan tidak sedekahnya selama anda masih marah kepadanya." Dia berkata, "Wahai Rasulullah, aku bersaksi kepada Allah, malaikat, dan semua yang hadir bahwa aku telah meridhai anakku, 'Alqamah."
Lalu Rasulullah Saw. berkata, "Pergilah, hai Bilal, lihatlah apakah 'Alqamah bisa mengucapkan laa ilaaha illa allah atau tidak? Barang kali ibu 'Alqamah bersaksi yang tidak sesuai dengan hatinya karena malu kepadaku."
Lalu Bilal pergi menemui 'Alqamah, ternyata dia mendengarnya dari dalam kamar. Lalu bilal masuk dan berkata, "Wahai semuanya, sesungguhnya kemarahan ibu 'Alqamah yang membuat lisannya terhalang dari mengucapkan syahadat dan ridhanya yang bisa melancarkannya." Lalu 'Alqamah meninggal pada hari itu juga. Nabi hadir, memerintahkan agar 'Alqamah dimandikan, dikafani dan dishalati. Beliau juga hadir saat prosesi pemakamannya.
Nabi Saw. berdiri disamping kuburan 'Alqamah, beliau berkata, "Hai sahabat Muhajirin dan Anshar, barang siapa yang mengutamakan istrinya dari pada ibunya maka dia mendapat laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia. Allah tidak akan menerima ibadah dan sedekahnya, kecuali dia bertaubat kepada Allah azza wa jalla, berbuat baik, dan memperoleh ridha-Nya. Maka ridha Allah ada pada ridha ibu dan kemarahan Allah ada pada kemarahan ibu.
Imam Asbihani dan lainnya meriwayatkan, dan juga diceritakan oleh Abu Abbas al-Ashom yang disaksikan oleh para penghafal hadis dan mereka tidak ada yang ingkar bahwa, Awam bin Hausyab berkata,
"Aku pernah berhenti di sebuah kampung. Disamping kampung tersebut ada sebuah kuburan. Ketika masuk waktu Ashar salah satu kuburan terbelah. Keluar seorang laki-laki yang berkepala khimar dan berbadan manusia. Dia menjerit tiga kali selayaknya Khimar, kemudian kuburan tersebut kembali rapat. Tiba-tiba ada seorang wanita tua yang sedang menenun sutra. Ada seorang perempuan berkata, "Apakah kamu melihat wanita tua itu?" Aku menjawab, "Siapa dia?" Perempuan menjawab, "Dia adalah ibu laki-laki tadi." Aku berkata, "Bagaimana ceritanya?" Perempuan tersebut bercerita : "Laki-laki tadi adalah peminum khamr. Ketika sore ibunya berkata, "Wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah, sampai kapan kamu akan meminum khamr?" Dia menjawab, "Kamu itu terus bersuara layaknya khimar." Lalu dia meninggal setelah Ashar. Setiap setelah Ashar kuburannya terbelah, lalu laki-laki tadi bersuara khimar tiga kali, dan kuburannya kembali merapat."
Sudah seharusnya bagi seseorang menjaga diri agar tidak durhaka kepada orang tua. Berusaha berbakti kepada keduanya meskipun musyrik. Sebagaimana firman Allah Swt.
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
Artinya : Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik ... (QS. Luqman : 15)Dari Asma' binti Abu Bakar ra. Ia berkata : "Ibuku datang kepadaku, akan tetapi dia orang musyrik pada zaman Quraisy." Aku berkata, "Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku dengan baik, apakah aku menyambungnya?" Beliau menjawab, "Iya, sambunglah dia."
Kemudian setelah kedua orang tua meninggal maka berbaktilah dengan menshalati, membacakan istighfar dan amalan baik lainnya. Diceritakan dari Abu Usaid al-Sa'id ra. Ia berkata, "Suatu ketika aku bersama Rasulullah Saw. Tiba-tiba datang laki-laki dari Bani Salmah. Ia berkata, "Wahai Rasulullah, apakah aku masih bisa berbakti kepada kedua orang tua setelah mereka meninggal?" Beliau menjawab, "Iya, berbaktilah dengan cara menshalati, membaca istighfar untuknya, meneruskan janji-janjinya, bersilaturrahim kepada orang yang mereka silaturrahimi dan memuliakan temannya."HR. Abu Daud
Sedangkan bagi anak yang durhaka, dia harus selalu mendoakan dan memintakan orang tua yang sudah meninggal sampai dia dicatat termasuk golongan anak yang berbakti. Dari Anas ra. Ia berkata, "Rasulullah Saw. bersabda :
اِنَّ الْعَبْدَ لَيَمُوْتُ وَالِدُاهُ اَوْ اَحَدُهُمَا وَاِنَّهُ لَهُمَا لَعَاقٌّ فَلَا يَزَالُ يَدْعُوْ لَهُمَا وَيَسْتَغْفِرُ لَهُمَا حَتَّی يَكْتُبَهُ اللهُ بَارًّا
Artinya : Sesungguhnya seseorang ditinggal mati kedua orang tuanya atau salah satunya, dan dia masih durhaka kepada mereka, maka teruslah berdoa dan memintakan ampunan kepada mereka sampai Allah mencatatnya sebagai anak yang berbakti.
Post a Comment for "Akibat Durhaka Kepada Orang Tua - Adab al-Islam fi Nidzamil Usrah (10)"
Silahkan berikan komentar dengan baik dan sopan