Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keutamaan Puasa Asyura (10 Muharram) dan Fase-Fasenya

Hari Asyura adalah hari ke 10 dari bulan Muharram. Bulan Muharram termasuk empat bulan mulia yang tidak diperkenankan berperang dan menumpahkan darah di dalamnya. Ia secara khusus disebut syahrullah (bulannya Allah) al-ashom (yang tuli), karena di bulan itu tidak didengar dentingan senjata.
Keutamaan Puasa Asyura (10 Muharram) dan Fase-Fasenya
Kemuliaan bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah ini menurut Ibnu Jauzi karena di dalam bulan itu terdapat Hari Asyura.

Hari Asyura bagi Umat Islam adalah hari yang sangat monumental, di mana pada hari itu menurut keterangan Sayid Muhammad Alawi al-Maliki dengan sandaran yang jelas terjadi beberapa peristiwa:
1. Allah Swt menurunkan Nabi Adam  ke dunia
2. Allah Swt menerima taubat Nabi pertama itu akibat kesalahannya memakan buah yang terlarang
3. diterimanya taubat kaum Nabi Yunus
4. berlabuhnya perahu Nabi Nuh di bukit Al Judiyyi (terletak di Armenia sebelah selatan, berbatasan dengan Mesopotamia)
5. serta kemenangan Nabi Musa dan tenggelamnya Fir'aun. (Dzikrayat Wa Munasabat, 51).

Amalan utama untuk memperingati peristiwa-peristiwa besar tersebut menurut Nabi Saw adalah puasa.

Puasa Asyura menurut beliau bernilai menghapus  dosa setahun yang telah berlalu. Keutamaan puasa Asyura menjadi sangat jelas bila mampu menelusuri sejarah tasyri'nya yang terbagi menjadi empat fase.

Pertama, fase di Makkah sebelum Hijrah. Nabi Saw secara pribadi telah berpuasa Asyura tanpa memerintahkan satupun sahabat melakukannya. Dan memang priode Makkah orientasi utamanya adalah penanaman Akidah.

Fase kedua, ketika beliau pertama kali menginjakkan kaki di Madinah. Beliau mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa Asyura  untuk memperingati kemenangan Musa atas Fir'aun, maka beliau bersabda:  "Aku lebih berhak terhadap kemenangan Musa daripada kalian, wahai orang-orang yahudi"

Beliau lalu memerintahkan sahabat untuk berpuasa Asyura.

Menurut Ulama' Ushul Fiqih, suatu perintah bila tidak mengarah kepada sunah berarti wajib. Dengan demikian, puasa yang diwajibkan pertama kali dalam Islam adalah puasa Asyura'. Hal ini diperkuat bahwa Nabi memerintahkan seseorang dari Bani Aslam untuk mengumumkan: " Barangsiapa telah makan maka berpuasalah (di sisa harinya), dan barang siapa belum makan, maka berpuasalah, karena hari ini  hari Asyura. " (HR. Bukhori Muslim)

Fase ketiga, setelah turun kewajiban puasa Ramadan pada bulan Sya'ban tahun 2 Hijriyah. Pada saat itu puasa Asyura berubah hukum menjadi mubah, berdasarkan hadits: "Barang siapa suka,  hendaklah ia berpuasa dan barang siapa suka hendaklah ia berbuka. " (HR. Bukhori Muslim).

Dalam hal ini  puasa Asyura telah memberi pendidikan pra puasa yang bernilai besar sehingga menjadikan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh bagi sahabat  terasa tidak berat.

Fase terakhir, hukum puasa Asyura adalah sunah muakad dan dianjurkan berpuasa satu  hari sebelum atau sesudahnya agar berbeda dengan praktek Yahudi. Rasulullah Saw telah berazam kuat untuk melakukan puasa Tasu'a (tanggal 9 Muharram), namun beliau kedahuluan wafat.

Pada fase ini diterangkan nilai puasa Asyura menghapus dosa setahun lampau sebagaimana puasa Arafah menghapus dosa dua tahun.

Post a Comment for "Keutamaan Puasa Asyura (10 Muharram) dan Fase-Fasenya"